TRIBUN-BALI.COM , DENPASAR - LPPM ITB bersama New Eden Moringa, Siap Memasang Alat Pengering Buah di Desa Inerie NTT
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan produksi buah-buahan yang berlimpah.
Karena cuacanya yang panas dan kering, buah mempunyai karakteristik unik dan sangat disukai.
Baca juga: Tinggalkan Australia, Lieta Widiarti Dedikasikan Hidupnya Angkat Martabat Petani Wanita di Flores
Baca juga: Tinggalkan Australia, Lieta Widiarti Dedikasikan Hidupnya Angkat Martabat Petani Wanita di Flores
Seperti misalnya lebih manis atau lebih padat.
Pada musim panen, buah seperti mangga, nanas, pisang dan durian dihasilkan dalam jumlah besar.
Sehingga sering membuat harga jatuh atau buah tidak terserap pasar dan menjadi busuk.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari hal tersebut adalah dengan memperpanjang umur simpan buah melalui proses pengeringan.
Gaya hidup yang ada saat ini mendukung pula peningkatan permintaan akan buah kering.
Oleh karena itu melalui program pengabdian kepada masyarakat dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPPM ITB), Prof. Dr. Ir. Lienda A. Handojo, M.Eng. bersama tim berencana untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat di Pulau Flores melalui proses pengeringan buah.
Bersama mitra Lieta Widiarti Isomartana selaku founder New Eden Moringa, tim melakukan survey ke desa Inerie, di Kabupaten Ngada NTT (22/7) untuk melihat kemungkinan pelaksanaan proses pengeringan buah yang dihasilkan penduduk di sekitar.
Diharapkan dengan metode ini, buah mempunyai umur simpan yang lebih panjang.
Sehingga harga jual tidak jatuh saat panen.
Serta diharapkan penghasilan petani dan perekonomian masyarakat lokal dapat meningkat.
Terkait dengan rencana tersebut, pada tanggal 22 Juli 2022, Prof. Lienda A. Handojo dan tim, serta Lieta beserta para petani binaan, beliau mengunjungi Wakil Kepala Desa Inerie, Emil, untuk membahas rencana pengeringan buah.
Selain itu dilakukan pula kunjungan ke beberapa tempat di desa Inerie untuk melihat lokasi yang paling sesuai guna penempatan alat pengering buah tersebut.
Tempat yang dikunjungi ialah halaman rumah warga yang bernama Lusi dan Imelda.
Dilakukan pula pendataan jenis buah yang berpotensi untuk dikeringkan.
Baca juga: Tinggalkan Australia, Lieta Widiarti Dedikasikan Hidupnya Angkat Martabat Petani Wanita di Flores
Baca juga: Tinggalkan Australia, Lieta Widiarti Dedikasikan Hidupnya Angkat Martabat Petani Wanita di Flores
Berdasar data dan informasi, nantinya akan ditentukan jenis pengering yang sesuai.
Diharapkan setelah itu alat pengering dapat didesain dan dipasang di tempat yang telah ditentukan, untuk kemudian dimanfaatkan oleh petani setempat.
Setelah melakukan survei lokasi dan diskusi dengan Lieta, lokasi yang dipilih untuk pemasangan alat lemari pengering adalah rumah Imelda, sedangkan alat greenhouse dryer dipasang pada rumah Lusi.
Pemilihan lokasi didasarkan pada tempat yang cukup besar dan mudahnya akses bahan bakar berupa bensin untuk menghasilkan listrik dengan bantuan alat genset.
Karena di Desa Inerie keberadaan listrik masih sulit untuk digunakan secara terus-menerus.
Masyarakat Desa Inerie diberikan tester buah kering yang dibawa langsung dari pulau jawa untuk memberikan gambaran mengenai konsep buah kering yang diinginkan.
Kepada Tribun-Bali (27/7), Lieta yang juga merupakan traineer para petani di Desa Inerie menyampaikan bahwa alat pengering buah sudah terpasang pada bulan November mendatang.
"Targetnya November sudah terpasang", tandasnya.
"Semoga dengan adanya alat pengering buah, bisa meningkatkan kesejahteraan hidup para petani buah di Desa Inerie," tutup Lieta.