TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Selama menjabat sebagai Gubernur Bali, Wayan Koster kerap terlibat dibeberapa program dari Pemerintah Pusat salah satunya Bali sebagai tuan rumah KTT G20 pada Tahun 2022 lalu.
Sebagai Gubernur, saat itu Koster mendapatkan kesempatan untuk menyambut dan melepas para tamu negara.
Dengan rincian sebanyak 26 Kepala Negara dan 14 Pemimpin Lembaga Negara anggota KTT G20.
“Kan belum pernah Gubernur mendapatkan kesempatan seperti itu. Aget gati dadi Gubernur Bali (beruntung sekali menjadi Gubernur Bali). Di Bali mare jani Gubernur e maan kesempatan keto amet luungne (di Bali baru sekarang Gubernurnya mendapatkan kesempatan seperti itu, sangat bagus),” jelas Koster saat ditemui diacara Tatap Muka Dengan Masyarakat Kota Denpsar yang berlokasi di Art Center pada, Selasa 21 Februari 2023.
Dengan demikian, lebih lanjutnya Koster mengatakan sangat bersyukur dapat terlibat diacara penting tersebut dan harus bekerja dengan benar-benar serius.
Ia juga menuturkan, sebetulnya KTT G20 ini tahun 2022 itu dilaksanakan di India bukan Indonesia.
Dan Indonesia mendapatkan jadwal KTT G20 pada Tahun 2023 ini.
Namun karena pada Tahun 2022 kasus Covid-19 di India sangat tinggi dan meledak pemerintah India tidak yakin 2022 akan selesai sehingga tak siap menyelenggarakan G20.
“Indonesia siap untuk menyelenggarakan G20 saya yakin ini juga merupakan salah satu taksu alam Bali kalau 2023 November G20 nya di Indonesia sing tyang Gubernurnya (bukan saya Gubernurnya). Jeg aget liu gati maan program (sangat beruntung mendapatkan banyak program),” imbuhnya.
Baca juga: Bupati, Panglingsir Puri, Tokoh Masyarakat di Gianyar Dukung Koster Lanjutkan Pembangunan di Bali
“Sampai saya dikatakan memang Pak Gubernur dapat terus (program pusat) lalu saya menjawab ini namanya rejeki anak soleh,” tambahnya.
Gubernur asal Tejakula Buleleng ini juga mengatakan, bayangkan saja berapa triliun yang dihabiskan untuk program-program tersebut dan dalam masa pandemi tidak ada anggaran-anggaran yang terpotong.
Namun pada anggaran di Kementerian terkena recofusing sejumlah 50 persen.
“Yang saya khawatir Besakih kalau dipotong bisa telat selesainya ‘astungkara’ tidak, aget (untung saja). Dan G20 inilah yang menjadi momentum rangkaian pertemuan di Bali sehingga pariwisata Bali menjadi berangsur membaik dan nama Bali semakin terkenal dan brandingnya kuat. Itulah kekuatan alam Bali yang dirawat dengan visi Nangun Sat Kerti Loka Bali,” paparnya. (*)