TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Kasus sapi mati termutilasi di Subak Bija, Desa Sayan, Ubud, Gianyar, Bali telah menjadi perhatian berbagai pihak.
Sebab peristiwa itu sangat meresahkan.
Terlebih lagi, sapi-sapi yang menjadi korban, ialah sapi siap jual, dengan tafsiran harga belasan juta rupiah.
Kematian sapi tersebutpun cukup aneh. Sebab sapi yang mati ini kehilangan kaki. Sementara anggota tubuh lainnya masih utuh tergeletak di kandang. Dan, cipratan darah yang banyak juga menempel di kandang sapi.
Kepala UPT Keswan Gianyar, Nyoman Arya Darma, Minggu 11 Juni 2023 mengatakan, pihaknya telah menyimak kasus ini sejak awal. Kata dia, kejadian kali kedua ini membuat peternak sapi di Kabupaten Gianyar was-was.
Dalam mengantisipasi kasus serupa terjadi lagi, baik di Ubud maupun daerah lain. Pihaknya mengajak peternak untuk melakukan pengawasan berlapis.
Dan, beberapa kelompok peternak sapi pun telah melakukannya.
Yaitu, mengawasi sapi secara bergilir. Sementara untuk peternak perseorangan bisa melakukan pengawasan dengan memantau aktivitas di dekat kandang.
"Kami pakai pola pengawasan dengan meminta tolong kepada warga subak yang mengecek saluran irigasi, pantauan ini efektif. Karena kan setiap harinya, ada saja anggota subak yang mengawasi dan berjalan di saluran irigasi memantau kebocoran, hal ini juga sambil memantau lalu lalang orang di luar warga subak," ujar Arya Darma.
Baca juga: Lionel Messi Disebut Tak Ikut Rombongan Argentina saat Lawan Timnas Indonesia, Diduga Karena Ini
Dia menegaskan, pengawasan ketat ini sangat diperlukan. Sebab kejadian serupa juga terjadi di kabupaten lain. Hanya saja, kasus di kabupaten lain tak seheboh di Gianyar.
"Kalau di Gianyar pasti heboh, jarum jatuh juga heboh. Namun kami pastikan pihak kepolisian sudah menyelidik pelaku dan motif," terangnya.
Pihaknya juga mengimbau, jika memungkinkan, peternak sapi agar membuat kandang sapi di dekat rumah atau pemukiman warga, supaya kandangnya bisa dipantau setiap saat. (*)