TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Kasus Tuberkulosis (TBC) di Buleleng cukup tinggi. Hingga Juni 2023 tercatat sebanyak 444 orang yang dinyatakan positif terjangkit TBC.
Jumlah ini berhasil didapatkan setelah Dinas Kesehatan Buleleng menerapkan empat cara untuk menemukan masyarakat yang terjangkit penyakit akibat bakteri Mycobacterium Tuberculosis tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit I Gede Artamawan pada Kamis (6/7) mengatakan TBC seperti fenomena gunung es, banyak penderita yang belum ditemukan.
Selain itu sebagian besar masyarakat datang ke fasilitas kesehatan untuk berobat apabila telah mengalami gejala yang parah.
Untuk itu Menteri Kesehatan RI meminta seluruh daerah agar masif melakukan tracing. Menemukan penderita TBC sebanyak-banyaknya untuk diobati dan mencegah menularkan penyakit tersebut kepada orang lain.
Ada empat cara yang saat ini dilakukan oleh Dinkes Buleleng untuk menemukan para penderita TBC.
Pertama dilakukan secara pasif yang artinya seluruh fasilitas kesehatan melakukan tes dahak kepada pasien yang dicurigai terjangkit TBC.
Kedua secara aktif, dimana apabila ditemukan kasus positif TBC maka petugas akan melakukan investigasi dan mencari minimal 20 orang yang kontak erat dengan pasien positif TBC tersebut. 20 orang yang kontak erat tersebut selanjutnya di tes untuk melihat apakah mereka tertular TBC atau tidak.
Baca juga: Kecelakaan Maut Jalur Amlapura - Klungkung, Begini Kronologinya!
"Yang tinggal serumah, atau yang kontak di lingkungan kerjanya akan dites. Kalau hasilnya negatif, mereka tetap diberikan terapi untuk mencegah mereka agar tidak tertular. Terapi yang dilakukan berupa pemberian obat-obatan agar tidak tertular," jelasnya.
Sementara ketiga dilakukan dengan cara intensif yakni melakukan tes kepada orang-orang yang berpotensi terjangkit TBC lantaran memiliki daya tahan tubuh yang lemah, seperti Orang Dengan HIV/Aids (Odha), penderita diabetes dan ibu hamil.
Serta keempat dilakukan dengan cara masif berkelompok. Cara keempat ini pernah dilakukan dengan menyasar seluruh warga binaan di Lapas Kelas IIB Singaraja.
"Jadi seluruh warga binaan di tes, hasil tes dahak yang memenuhi syarat dikirim ke Lab untuk di tes apakah positif TBC atau tidak," terangnya.
Dengan menerapkan empat cara ini, pihaknya kata Artamawan berhasil menemukan para penderita TBC di Buleleng, yang jumlahnya mencapai 444 orang.
Jumlah ini meningkat hingga 65 persen bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Ditambah saat ini Buleleng telah memiliki lima unit alat tes TBC yang tersebar di RSUD Buleleng, RSUD Giri Emas, RSUD Tangguwisia dan di Puskesmas Gerokgak 1.
Alat tersebut dapat mendeteksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis dengan cepat.
"Angka yang ditemukan tinggi, tapi bukan berarti jelek. Ini justru menjadi prestasi, semakin banyak yang kami temukan maka semakin banyak juga yang bisa kami selamatkan dan mencegah penularannya. Kalau dulu yang kami temukan hanya sekitar 30 persen, sementara estimasi pusat lebih dari itu," terang Artamawan.
Penularan TBC diterangkan Artamawan sangat cepat bila dibandingkan dengan Covid-19.
Dalam sekali batuk, penderitanya akan mengeluarkan sebanyak 400 ribu hingga 600 ribu bakteri Mycobacterium Tuberculosis penyebab TBC.
Bakteri tersebut mengambang di udara selama berhari-hari, sehingga mudah menular kepada masyarakat yang memiliki daya tahan tubuh lemah.
"Masa inkubasi bakteri ini cukup panjang, jadi gejala orang yang terkena TBC akan muncul sekitar lima tahunan. Gejalanya seperti penurunan berat badan secara drastis dan batuk yang tak kunjung sembuh. Makanya kami melakukan upaya untuk menemukan penderitanya sebanyak-banyaknya, agar penularan bisa dicegah. Semakin banyak yang dites, semakin banyak potensi penemuan kasusnya," ungkapnya.
Atas tingginya kasus TBC ini, Artamawan pun mengimbau kepada masyarakat untuk segera melaporkan apabila di lingkungannya terdapat penderita yang mengarah ke TBC untuk di tes.
Sementara kepada penderita, diharapkan untuk minum obat secara teratur.
"Kalau putus minum obatnya, bakteri Mycobacterium Tuberculosis akan resisten atau kebal dengan obat yang diberikan. Harus gerakan pola hidup bersih dan sehat agar daya tahan tubuh kita bagus dan kebal dari segala macam penyakit," tandasnya. (*)