Serba Serbi

Doa Memohon Ampunan dalam Agama Hindu Lengkap Dengan Artinya, Simak Juga Doa Sehari-hari Lainnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi sembahyang - Doa Memohon Ampunan dalam Agama Hindu Lengkap Dengan Artinya, Simak Juga Doa Sehari-hari Lainnya

TRIBUN-BALI.COM - Dalam menjalani kehidupan, manusia kerap menghadapi berbagai masalah.

Dalam agama Hindu, diajarkan untuk senantiasa memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam menjalani kehidupan ini.

Berikut ini Tribun Bali rangkum berbagai doa sehari-hari bagi umat Hindu agar tak tersesat menghadapi berbagai masalah.

Diantaranya doa memohon bimbingan Tuhan, doa memohon inspirasi, dan doa mohon kecerdasan serta doa sebelum belajar.

1. Doa Memohon Kecerdasan

"Om pawakanah Saraswati, wajebir wajiniwati, yajnam wastu dhiyawasuh"

Artinya:

Ya Tuhan, dalam manifestasi Saraswati, Yang Maha Suci anugerahkanlah hamba kecerdasan.

Dan terimalah persembahan hamba ini.

 

2. Doa Mohon Bimbingan Tuhan

"Om Asato ma sad gamaya, tamaso ma jyotir gamaya, mrtyor ma amrtam gamaya.

Om Agne brahma grbhniswa dharunama syanta riksam drdvamha,"

Baca juga: Doa Berkumur, Doa Membersihkan Kaki Dalam Hindu Beserta Artinya, Simak Juga Doa Sehari-hari Lainnya

Artinya:

Ya Tuhan Yang Maha Suci, bimbinglah hamba dari yang tidak benar menuju yang benar.

Bimbinglah hamba dari kegelapan pikiran menuju cahaya pengetahuan yang terang.

Lepaskanlah hamba dari kematian menuju kehidupan yang abadi.

Tuhan Yang Maha Suci, terimalah pujian yang hamba persembahkan melalui Weda mantra dan kembangkanlah pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh yang ada pada hamba (nafsu).

Hamba menyadari bahwa Engkaulah yang berada dalam setiap insani (jiwatman), menolong orang terpelajar, pemimpin negara dan para pejabat.

Hamba memuja Engkau semoga melimpahkan anugerah kekuatan kepada hamba.

3. Doa Memohon Inspirasi

"Om prano Dewi Saraswati, wajebir wajiniwati, dhinam awinyawantu"

Artinya:

Ya Tuhan dalam manifestasi Dewi Saraswati, Hyang Maha Agung dan Maha Kuasa, Semoga Engkau memancarkan kekuatan rohani, kecerdasan pikiran dan lindungilah hamba selama-lamanya.

4. Doa Sebelum Belajar

"Om purwe jato brahmano brahmacari, dharmam wasanas tapasodatistat, tasmajjatam brahmanam brahma, Iyestham dewasca sarwa amrttna sakana"

Artinya:

Ya Tuhan, murid-Mu hadir dihadapan-Mu, Oh Brahman yang berselimutkan kesaktian dan berdiri sebagai pertama.

Tuhan, anugerahkanlah pengetahuan dan pikiran yang terang. 

Brahman yang agung, setiap makhluk hanya dapat bersinar berkat cahaya-Mu yang senantiasa memancar.

5. Doa Memohon Ampunan

"Om dewakrtasyainaso awaya janam, asi manusyakrtasi nama awaya janam, asi pitrakrtasi namo awaya janam, asyatmakrtasyaenaso awaya janam, asyena sa’ enase waya janam, asi yacchadam eno vidvamscakara yacchavidvams tasya va ya janam asi"

Ya Tuhan, ampunilah dosa hamba terhadap-Mu, ampunilah dosa hamba terhadap sesama manusia, terhadap orangtua hamba, terhadap teman hamba.

Tuhan ampunilah dosa hamba terhadap segala macam dosa.

Terhadap dosa yang hamba lakukan dengan sadar atau tidak sadar.

Tuhan, semoga berkenan mengampuni semuanya itu.

Dalam agama Hindu, tak hanya manusia yang bisa tersesat.

Roh atau makhluk tak kasat mata juga bisa tersesat.

Berbicara ihwal roh atau makhluk tak kasat mata, memang bukan perkara mudah.

Namun apakah sejatinya roh seseorang yang telah meninggal itu, memang bisa tersesat di dunia, atau belum kembali ke alam arwah?

Berdasarkan penjelasan sulinggih, Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda, kepada Tribun Bali, pada Minggu 9 Desember 2022, disebutkan bahwa roh manusia yang telah meninggal itu, memang tidak serta merta bersih dan bisa naik menuju cahaya atau kelepasan bahkan hingga menuju Tuhan.

“Ada pengaruh psikis saat dia masih menjadi manusia yang melekat. Unsur lain seperti karma yang dia buat semasa hidup. Tentu semuanya mempengaruhi,” tegas beliau.

Karma ini bisa datang dari pikiran, perkataan, hingga perbuatan seseorang yang dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja.

Untuk itulah, di dalam Hindu dikenal adanya ajaran Tri Kaya Parisudha, yaitu menjaga pikiran tetap suci, menjaga perkataan agar tetap suci, dan menjaga perbuatan agar tetap suci. Sehingga mampu menjaga karma baik.

“Sehingga terkadang karma semasa hidup ini, yang membuat memorinya tetap melekat di roh itu,” kata beliau.

Untuk itu, jelas beliau, dalam upacara yadnya Hindu di Bali ada banyak rentetannya.

Tujuannya adalah membantu roh-roh atau arwah yang telah meninggal, bisa kembali ke alam yang seharusnya atau menuju cahaya ilahi.

“Makanya kalau ada yang meninggal, apalagi salah pati dan ulah pati, ada upacara penebusan di tempat kejadian. Lalu perempatan agung, di setra dan sebagainya,” jelas mantan akademisi ini.

Apalagi jika kasus kematian karena ulah pati, seperti bunuh diri dimana yang seharusnya belum meninggal namun telah membunuh dirinya.

Sehingga rohnya belum bisa diterima, karena waktunya memang belum untuk meninggal.

“Makanya ritual penebusan itu ada,” imbuh beliau.

Bahkan dalam upacara yang lebih besar, ada disebut nilapati.

“Sebab apabila meninggal tidak wajar, atau tidak patut, maka masuk ke dalam katagori mati ternoda."

"Hal ini tidak bisa ditebus dengan upacara kecil, harus melalui upacara yang lebih besar seperti nilapati,” kata beliau.

Sebab jika tidak demikian, maka roh orang yang meninggal tidak wajar ini akan menjadi roh tersesat atau yang dikenal dengan arwah penasaran.

Layaknya seperti manusia yang meninggal karena kecelakaan, dan meninggal di tempat.

Terkadang rohnya belum sadar bahwa fisik manusianya telah tiada.

Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda pun mengamini hal ini.

Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda saat menceritakan kisah hidupnya (Tribun bali/Ida Ayu Made Sadnyari)
Beliau mengatakan, jangankan meninggal karena salah pati atau ulah pati, meninggal secara wajar saja pun, belum tentu roh tersebut bisa langsung rilis menuju cahaya atau bereinkarnasi.

“Tatkala meninggal, badan kasar mengalami pembusukan maka badan itu mengeluarkan energi tersendiri. Energi yang dihasilkan tentu saja bersifat negatif, dan energi tersebutlah yang mengungkung roh itu. Sehingga roh ini tidak mengalami pembebasan,” kata beliau.

Karena bagaimanapun gravitasi alam semesta mempengaruhi roh untuk bisa rilis.

Beliau menjelaskan pengetahuan tentang roh sangat penting dipahami dan bukan hal yang sederhana.

Beliau pula menegaskan, walaupun manusia yang meninggal adalah anak-anak maka juga berpotensi menjadi penasaran.

Sebab roh yang tidak disucikan maka belum bisa menjadi dewata.

“Roh yang suci murni pun, ketika berinteraksi dengan badan material maka akan terkontaminasi juga,” jelas beliau.

“Begitu sang roh tersentuh material, otomatis sang atma itu sudah ternodai,” tegasnya.

Untuk itu, dalam Hindu Bali dikenal istilah upacara pengabenan.

Kemudian di dalam upacara pengabenan ada penebusan.

Sehingga walaupun tidak 100 persen membebaskan roh itu, namun sedikit tidaknya membantu prosesnya.

“Tidak hanya sekedar doa, ada transfer energi dalam proses ritual untuk melepaskan energi negatif pada roh itu sehingga bisa segera rilis,” imbuh beliau.

Untuk itu, beliau mengingatkan bahwa jangan pernah menganggap upacara ngaben itu sepele.

Ibarat kata, roh itu dibungkus baju kotor, dan proses upacara ngaben itu untuk mencuci baju kotor ini agar si roh semakin bersih.

“Nah pembersih itu lah seperti ritual upacara, ada berbagai tingkatannya. Sama seperti naga banda kan ada tujuannya itu,” imbuh beliau.

Kehidupan dunia yang kian kompleks, membuat ikatan manusia akan nafsu duniawi dengan panca indria juga kian kuat. Sehingga meningkatkan keterikatan pada roh itu sendiri.

Bahkan menurut beliau, ada banyak cerita yang datang ke gria bahwa keluarga yang meninggal sudah diupacarai.

“Sudah ngaben, nyekah, sampai ngelinggihang, namun masih roh itu gentayangan mencari keluarganya. Setelah dicek, ternyata ada perilaku ritual yang belum dilakukan. Penebusan di tempat kejadian, atau menyadarkan roh sudah meninggal dan lain sebagainya,” ucap beliau.

Nyatanya, kata beliau, banyak roh yang belum siap berpisah dengan keluarganya.

Untuk itulah dibutuhkan rasa ikhlas, baik dari keluarga yang ditinggalkan maupun dari roh yang meninggal itu sendiri.

(*)

Berita Terkini