AMLAPURA, TRIBUN-BALI.COM - Kunjungan wisatawan ke Objek Wisata Bahari Rafting di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem masih sepi.
Wisawatan yang berkunjung sebanyak 25 - 30 orang perharinya.
Saat hari liburan, kunjungan bisa mencapai 50 orang. Didominasi mancanegara, sedangkan domestik sedikit.
Made Agus Kertiana, pengelola wisata rafting di Kecamatan Rendang, mengungkapkan, aktivitas rafting sepi sejak beberapa bulan lalu.
Penyebabnya kemungkinan lantaran merebaknya usaha rafting di beberapa daerah.
Satu diantaranya rafting di daerah Ubud, Gianyar. Rafting di Rendang juga banyak.
"Mungkin karena persaingan, sehingga kunjungan sepi. Sebelum COVID, kunjungan bisa capai ratusan orang. Sekarang menurun. Perhari 25 - 30 orang. Kalau hari libur biasanya mencapai 50 orang, kebanyakan rombongan tamu domestik,"kata Kertiana, Jumat (15/12/2023)
Ditambahkan, untuk wisatawan mancanegara di dominasi tamu asia. Seperti dari India, Australia, dan Timur Tengah.
Pihaknya berharap kunjungan wisatawan ke rafting terus bertambah. Sehingga berdampak ke pendapatan daerah.
Baca juga: Diduga Menolak Bayar Treatment, Dua WNA Aniaya Pegawai Studio Kecantikan di Seminyak, Badung
"Pemerintah diharapkan bisa ikut mempromosikan,"harap Kertiana
"Semoga kunjungan terus menggeliat. Nggak ada kasus COVID 19 seperti tahun sebelumnya. Wisata bahari seperti rafting banyak yang meminati. Pemda harus mampu mempromosikan wisata di Karangasem. Baik wisata bahari, alam, budaya, dan objek wisata lainnya,"tambahnya
Retribusi rekreasi dan olahraga meliputi rafting, snorkeling, diving, serta menyelam di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kab. Karangasem tak pernah capai target.
Tahun 2023, target pendapatannya sekitar 2 milliar lebih. Sampai Desember baru terealisasi 1.4 milliar lebih. Artinya ada sisa 600 juta.
Sedangkan tahun 2022, target pendapatan daerah sektor retribusi rekreasi dan olahraga sbanyak 2 milliar lebih. Realisasinya hanya 800 juta lebih, sekitar 41 persen. Sisanya 1.1 milliar lebih tak tercapai.
Tidak terealisasi target karena faktor lain. Diantaranya musim tak menentu, atau lantaran ada kebocoran dari sektor tersebut.(*)