Berita Tabanan

Inflasi Ferbuari Capai 0,68 Persen di Tabanan, TPID Koordinasi Pengamanan Pasokan Jelang Idul Fitri

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana
Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rapet koordinasi TPID Tabanan menyikapi inflasi jelang puasa dan Idul Fitri - Inflasi Ferbuari Capai 0,68 Persen di Tabanan, TPID Koordinasi Pengamanan Pasokan Jelang Idul Fitri

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- Inflasi meningkat di bulan Februari 2024 lalu di Tabanan, Bali. Sebesar 0,68 persen.

Bahkan untuk year to year mencapai 3,78 persen.

Kenikan inflasi membuat Tim Penanganan Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Tabanan, melakukan rapat koordinasi.

Itu menyikapi stabilisasi pasokan dan harga kebutuhan pangan.

Baca juga: Harga Beras Melonjak, Masyarakat Lebih Minat Konsumsi Jenis Premium dengan Harga Rp 17 ribu per Kg

Terutama menjelang bulan puasa dan Idul Fitri 2024.

Koordinasi ini melibatkan, Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Kepala Badan Pusat Statistik Tabanan, beserta anggota Tim Inflasi Daerah Kabupaten Tabanan.

Masyarakat Tabanan diminta tetap kondusif menghadapi laju inflasi yang sedang terjadi.

Berdasarkan berita resmi statistik no 15/03/Th.XXVII, 1 Maret 2024, perkembangan indeks harga konsumen Februari 2024 menunjukkan kenaikan inflasi bulanan Indonesia. Yang mencapai 0,37 persen. Pemicunya ialah kenaikan harga pangan.

Ada lima komoditas penyumbang utama. Diantaranya, beras, cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras dan juga minyak goreng.

Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, Komang Bagus Pawastra mengatakan, inflasi pangan memang meningkat di bulan Februari 2024.

Bukan hanya issue lokal. Sudah menjadi perhatian nasional, bahkan global.

Di Tabanan, mengalami inflasi yang cukup tinggi di bulan Februari 2024. Besarannya sekitar 0,68 persen. Dan sebesar 3,78 persen secara year to year.

Beras menjadi komoditas dominan yang memberikan andil atau sumbangan inflasi.

“Sejak awal tahun 2023, harga beras terus meningkat. Terlebih cuaca yang cukup ekstrem akibat el nino di tahun 2023. Sehingga berdampak kurang optimalnya produksi yang ada,” ucapnya, Rabu 6 Maret 2024.

Kata dia, faktor di atas berakibat terbatasnya pasokan pada awal 2024.

Ditambah lagi, belum adanya pasokan karena belum adanya panen.

Panen diperkirakan baru akan mulai Maret hingga April nanti.

“Saat ini, permintaan cenderung meningkat dengan adanya hari raya. Berturut-turut. Mulai dari Imlek, Galungan, dan Kuningan, Nyepi dan sebentar lagi puasa dan Lebaran,” ungkapnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pertanian Tabanan, drh. I Made Arya Putra mengurai data produksi beras di Kabupaten Tabanan.

Di tahun 2023 lalu produksi beras sebesar 99.780 ton. Total kebutuhan efektif sebesar 43.680 ton.

Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan beras di Kabupaten Tabanan telah tercukupi.

Akan tetapi Kabupaten Tabanan juga memasok beras untuk daerah lain.

Permintaan meningkat, dan bersamaan pula membuat terjadinya inflasi.

“Perlu diingat juga, Tabanan masih didominasi oleh pertanian. Di mana konsumsinya masih didominasi kebutuhan pokok seperti makanan, minuman. Sehingga dampak inflasinya akan lebih besar karena bobot komoditas makanan seperti beras lebih tinggi dibanding di Denpasar dan Badung,” kata Arya Putra.

Arya Putra mengakui, kenaikan harga beras ini di sisi lain membawa angin segar bagi petani.

Petani saat ini menikmati naiknya harga gabah.

Mencapai harga Rp 8.000 per kilogram GKP (Gabah Kering Panen).

Pergerakan harga beras berdampak besar pada tingkat inflasi yang ada.

Namun pengendalian harga beras kiranya perlu dilakukan secara bijak, mengingat Tabanan sebagai lumbung atau produsen beras di Bali.

“Kenaikan harga beras di satu sisi akan meningkatkan pendapatan bagi petani, di sisi lain akan menambah beban pengeluaran bagi konsumen,” ungkapnya.

Pemerintah Kabupaten Tabanan mengupayakan langkah mitigasi. Ini untuk memastikan supply produk makanan, minuman, dan tembakau.

Terutama beras merata di seluruh wilayah kabupaten Tabanan.

Menjaga jalur distribusi dari petani hingga konsumen tingkat akhir.

Selanjutnya, mengendalikan harga barang bergejolak (produk pertanian) yang ada di pasar dengan mempertimbangkan kesejahteraan petani. (ang).

Kumpulan Artikel Bali

Berita Terkini