TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gianyar, Bali mengkonfirmasi jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di bulan Juni 2024 telah mengalami penurunan.
Namun demikian, jumlah kasus pada bulan tersebut masih tinggi dibandingkan bulan yang sama di tahun 2022 dan 2023.
Adapun data kasus DBD di Gianyar sesuai angka yang diterima Tribun Bali, Jumat 12 Juli 2024, diketahui pada bulan Juni, jumlah kasus DBD sebanyak 762 kasus.
Baca juga: Sempat Lepas Status Sulinggih Saat Nikahi Bule, Komang Widiantari Madiksa Lagi? Akui untuk Mengabdi!
Jumlah ini jauh di atas angka kasus di bulan yang sama di tahun 2022 dan 2023.
Sebab pada Juni 2022 jumlah kasus DBD di Gianyar hanya 63 kasus dan Juni 2023 sebanyak 124 kasus.
Meskipun terlihat masih cukup banyak, namun angka ini telah mengalami penurunan.
Baca juga: Persoalan Nilai Sewa, Krama Adat Tutup Akses Proyek Investor di Bedulu Gianyar
Sebab pada Mei, jumlah masyarakat Kabupaten Gianyar yang terkonfirmasi DBD sebanyak 1.089 kasus.
Adapun kasus DBD selama semester I tahun 2024 ini sebanyak 3.509 kasus. Angka tersebut jauh melampaui kasus DBD sepanjang tahun 2022 dan 2023.
Dimana kasus DBD sepanjang tahun 2022 hanya 597 kasus dan sepanjang tahun 2023 sebanyak 1.142 kasus.
Dari lonjakan angka tersebut, jumlah pasien meninggal dunia karena DBD di tahun 2024 ini lebih banyak, yakni 5 kasus kematian.
Sementara di tahun 2022 hanya sebanyak 1 kasus kematian dan di 2023 sebanyak 2 orang meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Ni Nyoman Ariyuni mengatakan, dengan banyaknya kasus di semester 1 tahun 2024 ini, sangat dibutuhkan kewaspadaan seluruh masyarakat, dengan melaksanakan upaya pencegahan.
"Sangat dibutuhkan keterlibatan lintas sektoral dan masyarakat secara berkesinambungan, dan terus menerus melaksanakan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus," ujarnya.
3M Plus yang dimaksud mulai dari (M)enutup rapat semua tempat penampungan air, (M)enguras bak air dan (M)endaur ulang barang-barang bekas yang bisa menjadi tempat perindukan nyamuk, ditambah dengan mencegah perkembangbiakan nyamuk, seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, memasang kawat kasa pada ventilasi dan jendela, serta menaburkan bubuk larvasida.
Dalam hal ini, pihaknya juga terus mendorong penyelidikan epidemiologi kejadian DBD dengan memantau tempat-tempat yang potensial menjadi tempat perindukan nyamuk oleh petugas puskesmas beserta Kader Jumantik. "Mari kita perangi penyebab DBD bersama-sama," tandasnya. (*)