TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Palinggih yang berada di persimpangan jalan Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung, yang sebelumnya ramai di media sosial karena ditabrak mobil kini sudah diperbaiki.
Tabrakan tunggal yang terjadi pada 2 Oktober 2024 lalu, merobohkan palinggih dan membuat mobil yang menabrak terguling.
Pasca kejadian tabrakan itu, ternyata ada tiga warga asli Desa Munggu yang mengalami kerauhan atau gangguan trans. Hal itu pun terjadi saat aparat desa melaksanakan prosesi mapralina.
Bahkan ada 3 orang yang kerauhan, yang tidak berkata apa-apa. Namun umat Hindu percaya jika semua itu berkaitan dengan kerusakan palinggih dan harus cepat diupacarai.
Alhasil, proses upacara hingga perbaikan pun langsung dikebut. Bahkan pengendara mobil
Toyota Raize Nomor Polisi G 1135 VA berdamai dan siap menanggung semua perbaikan hingga upacara yang dilakukan.
Baca juga: Tak Terima Pacarnya Disebut Murahan, Lelaki Asal NTT Tusuk Rekannya dengan Pisau di Kerobokan Badung
Baca juga: Pohon Beringin Tumbang Timpa Palinggih Pua Lingsir Tebenan, Krama Belum Bisa Cek karena Cuntaka
Hingga akhirnya, Desa Adat Munggu pun telah menyelesaikan pembangunan palinggih baru pada 4 Oktober 2024 kemarin yang biayanya dari penabrak itu.
Bendesa Adat Munggu Made Suwinda, mengatakan terkait kerusakan pada palinggih yang berada di salah satu persimpangan jalan tersebut ditanggung oleh pengendara mobil.
Pengendara yang menabrak palinggih tersebut pun menyanggupi biaya perbaikan hingga upacaranya.
“Yang menanggung yang menabrak sampai upacara," ujar Suwinda, Minggu 6 Oktober 2024.Kendati demikian, proses perbaikan palinggih memang harus cepat dilaksanakan.
Mengingat sebelum ditabrak, di Desa Munggu ada rangkaian Karya Agung Ngenteg Liggih, Mupuk Pedagingan, Tawur Balik Sumpah Utama, Ngusaba Desa Ngusaba Nini yang akan dilakukan.
"Karna ada karya agung, perbaikan harus dilakukan sebelum karya dilakukan. Jadi prosesnya yang memperbaiki dari desa adat tapi biayanya dari yang menabrak," ungkapnya.
Untuk perbaikan palinggih tersebut, Suwinda mengaku telah diselesaikan pada 4 Oktober 2024. Kemudian akan dilakukan upacara melaspas pada 9 Oktober 2024.
Pihaknya juga tidak menamik, sebelum adanya perbaikan ada tiga masyarakat yang kerauhan atau mengalami trans. Hal itu pun terjadi saat dilakukan prosesi mapralina.
"Dalam prosesi ini ada warga kerauhan, namun tidak ada hal yang disampaikan saat mengalami kerauhan tersebut," jelasnya sembari mengatakan ada tiga yang kerauhan, satu laki-laki, dan dua perempuan. (*)