TRIBUN-BALI.COM – Pasangan calon (paslon) Pilwali Kota Denpasar nomor urut 1, Gede Ngurah Ambara Putra dan I Nengah Yasa Adi Susanto (ABDI), akan memberdayakan banjar dan membuat program city tour dalam membangun Kota Denpasar.
Hal ini disampaikan saat pemaparan visi misi pada debat kedua Pilwali 2024 di Prama Hotel, Sanur, Rabu (6/11) malam.
Debat kedua ini mengangkat tema Denpasar Kotaku Denpasar Rumahku yang dibagi ke dalam 5 sub tema meliputi adat budaya, anak dan perempuan (gender), kesehatan, penyandang disabilitas dan kelompok marginal, serta tata kelola pemerintah.
Ngurah Ambara menyampaikan bahwa visi mereka adalah meringankan beban budaya masyarakat yang selama ini dilakukan secara swadaya.
Program mereka akan berfokus pada bantuan bagi masyarakat dari tingkat banjar, termasuk memberikan les gratis untuk tari, tabuh, dan sastra, sehingga lulusan sarjana seni di Denpasar dapat terserap dengan baik di masyarakat.
Baca juga: 144 Lapak dan 22 Kios Tak Tersisa, Tragedi Kebakaran Pasar Sri Bantas, Kerugian Rp 8 Miliar
Baca juga: SAMPAH Jadi Masalah di Bali, Pemprov Pindahkan TPA Suwung ke Gianyar, Ini Solusi Tawaran PHRI
"Kami juga mendukung pementasan anak didik dalam perayaan hari ulang tahun banjar dan Sekaa Teruna Teruni (STT)," ujar Ngurah Ambara.
Mereka juga berkomitmen untuk memberdayakan dan memajukan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di lingkungan banjar, khususnya di bidang kerajinan dan seni kelompok kreatif.
Ngurah Ambara menyebutkan rencana untuk merawat dan mengembangkan situs-situs budaya, seperti Nol Kilometer, Jam, Bale Kulkul, Pura Tambangan Badung, dan Puri, sebagai destinasi wisata.
"Dengan infrastruktur yang baik, akan banyak tamu datang ke Denpasar dan menciptakan city tour," tambahnya.
Di bidang kesehatan, Ngurah Ambara menekankan pentingnya pelayanan kesehatan yang layak dan berkualitas untuk masyarakat Kota Denpasar.
Mereka berkomitmen untuk memberikan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat kurang mampu serta meningkatkan infrastruktur puskesmas, memperluas ruang UGD dengan peralatan modern, dan meningkatkan SDM kesehatan.
"Kami ingin menghadirkan dokter spesialis dan ruang rawat inap di semua puskesmas, dengan fasilitas yang ramah disabilitas," jelas Ngurah Ambara.
Selain itu, mereka berencana menyediakan layanan ambulans gratis untuk membantu warga dalam situasi darurat.
I Nengah Yasa Adi Susanto turut menyoroti perlindungan bagi anak dan perempuan. Ia menekankan bahwa pasangan Abdi berkomitmen untuk melindungi anak dan perempuan sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2024 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. "Kami akan membangun rumah aman bagi perempuan dan anak korban kekerasan," ucapnya.
Pasangan ini juga sejalan dengan program nasional di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran, yakni memberikan makanan gratis bagi anak-anak dan ibu hamil setiap siang dan malam.
Pasangan Abdi juga berkomitmen untuk memberikan pelatihan keterampilan bagi penyandang disabilitas dan kelompok marginal di Denpasar.
Yasa Adi Susanto menegaskan bahwa program pelatihan ini akan dilakukan di Balai Latihan Kerja (BLK) untuk meningkatkan akses mereka terhadap pendidikan dan keterampilan kerja.
"Kami akan memberikan dukungan agar mereka memiliki kemampuan yang memadai untuk dapat bekerja dan membantu keluarga," ungkapnya.
Selain itu, mereka berencana membangun rumah tinggal dan menyediakan potongan biaya listrik bagi masyarakat marginal.
Dalam hal tata kelola pemerintahan, pasangan ini berkomitmen pada prinsip good governance yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
"Kami berjanji untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Korupsi adalah penyakit yang menggerogoti anggaran baik APBD maupun APBN," tegas Ngurah Ambara. (sup)
Jaya-Wibawa Pamer Revitalisasi Pura Jagatnatha
Pasangan calon (paslon) nomor urut 2, I Gusti Ngurah Jaya Negara dan I Kadek Agus Arya Wibawa (Jaya-Wibawa), memaparkan visi dan misi mereka dalam debat Pilwali Kota Denpasar yang digelar di Prama Hotel Sanur.
Pasangan ini menyampaikan komitmen mereka untuk meningkatkan kualitas kehidupan warga Denpasar melalui program di bidang adat budaya, kesehatan, pemberdayaan masyarakat, serta tata kelola pemerintahan yang transparan.
Jaya-Wibawa memiliki program untuk membangun ketahanan sosial budaya krama banjar, subak, bendega, dan desa adat, sekaligus memelihara serta mengaktualisasikan warisan budaya sebagai "Heritage City."
Beberapa kegiatan budaya seperti Parade Ogoh-Ogoh, Malua Bandana, dan Perayaan Tumpek juga akan didukung dan difasilitasi sebagai bentuk ekspresi budaya masyarakat.
Pelestarian bahasa, aksara, dan sastra Bali pun akan terus digalakkan melalui kegiatan Bulan Bahasa dan Utsawa Dharma Gita.
Selain itu, Jaya-Wibawa juga sudah melakukan revitalisasi Pura Jagatnatha sebagai salah satu situs budaya yang penting dan memberikan insentif ketenagakerjaan untuk masyarakat yang terlibat dalam kegiatan adat.
Pasangan ini juga memberikan perhatian khusus pada isu anak dan perempuan, dengan fokus untuk menurunkan prevalensi balita stunting di Denpasar.
Program-program prioritas mereka meliputi pembangunan puskesmas yang ramah ibu dan anak, taman bermain untuk anak-anak, dan penyelenggaraan D'Youth Festival untuk mendorong kreativitas anak muda.
"Kami juga menyiapkan layanan pengaduan kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta program pengelolaan usia tidak sekolah berbasis teknologi," kata Arya Wibawa.
Dalam bidang kesehatan, Jaya-Wibawa menetapkan target untuk memperpanjang umur harapan hidup di Denpasar, yang saat ini berada di angka 75,59 tahun, melebihi rata-rata Provinsi Bali.
Mereka berencana membangun puskesmas baru, meningkatkan layanan di puskesmas pembantu (pustu), serta menjadikan RS Wangaya berstandar internasional agar dapat melayani masyarakat dengan lebih baik dan berkualitas.
Pasangan ini juga telah membangun fasilitas seperti Graha Nawasena dan Radio Raditya sebagai media inklusi yang dioperasikan oleh penyiar disabilitas.
Selain itu, mereka juga telah mendirikan Rumah Berdaya bagi penyandang skizofrenia dan berencana membangun rumah terpadu untuk penyandang disabilitas.
Program bantuan rumah layak huni senilai Rp 97 juta per unit juga ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan pihaknya akan mengurangi kawasan kumuh. (sup)