TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Siti Hardianti Hastuti Rukmana atau akrab disapa Mbak Tutut diharapkan bisa kembali bergabung ke Partai Golongan Karya (Golkar).
Harapan ini disampaikan praktisi hukum dan pemerhati politik sosial dan budaya (Polsosbud), Agus Widjajanto.
Harapan itu berdasarkan fenomena terkini, dimana tidak ada satupun pengurus teras Golkar dari keluarga Presiden Soeharto.
Baca juga: Banjir Diskon di Indomaret 4-8 Januari, Sunlight 650ml Rp8.900, Ultra Milk 2pcs Cuma Rp11.900
Padahal, Soeharto adalah penggagas dan pendiri Partai Golkar yang awalnya merupakan Sekber Golongan Karya yang dibentuk bersama dengan Soehardiman pada 20 Oktober 1964.
"Ada dorongan dari berbagai elemen masyarakat agar Mbak Tutut kembali berlabuh ke Golkar.
Kita tahu jika Mbak Tutut itu tidak haus akan kekuasaan, tetapi dengan kembali ke Golkar tentu akan lebih mewarnai jalannya roda partai," kata Agus dalam keterangannya, Kamis (2/1/2024).
Baca juga: Kalender Bali Besok 4 Januari 2025, Sabtu Umanis Wuku Ugu, Baik Untuk Mulai Berjualan
Bergabungnya Mbak Tutut diharapkan akan lebih mewarnai partai berlambang pohon beringin dalam dinamika politik nasional.
Apalagi, Mbak Tutut merupakan putra dari mantan Presiden Soeharto yang turut mendirikan Golkar dan berkuasa pada pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun.
"Mba Tutut atau Siti Hardijanti Rukmana tentu kami harapkan akan ikut mengembalikan marwah Partai Golkar sekaligus turut serta dalam menyukseskan pembangunan nasional dibawah pemerintahan baru Prabowo-Gibran," jelasnya.
Agus Widjajanto menyatakan, jika nantinya Mbak Tutut benar-benar bergabung kembali ke Golkar artinya ada anak ideologis dan anak biologis dari Presiden Ke-2 HM Soeharto di Golkar.
Terpisah, Guru Besar Senior Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Prof I Gde Pantja Astawa mengungkapkan jika Partai Golkar sejak Era Reformasi ada perubahan orientasi kepemimpinan.
Dari sebelumnya berorientasi pada tokoh, sekarang pada kader.
"Dengan melihat Golkar yang berorientasi pada kader, ini peluang bagi kader-kader Golkar siapapun dia. Ini pintu masuk, andaikata Mbak Tutut mau masuk," kata dia.
Namun demikian, Prof Gde menggaris bawahi bahwa tantangan Mbak Tutut tidak mudah. Karena puteri sulung Soeharto itu harus mampu mempengaruhi kader-kader Golkar untuk bergabung kembali. Dan, itu bergantung pada bagaimana pendekatan Mba Tutut.
Selain itu, Mbak Tutut mempunyai beban sejarah. Karena akan banyak pihak yang akan melihat dirinya dengan kiprah bapaknya selama memimpin Orde Baru.