PKB 2025

Libatkan Penari dan Musisi WNA, Badung akan Tampilkan Perang Untek di Peed Aya PKB 2025

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BERI KETERANGAN - Kepala Dinas Kebudayaan Badung, I Gde Eka Sudarwitha saat wawancara dengan sejumlah awak media, termasuk Tribun Bali belum lama ini.

TRIBUN-BALI.COM - Pemerintah Kabupaten Badung akan tampil semaksimal mungkin dalam ajang pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 tahun 2025. 

Menariknya pada PKB kali ini, Badung juga akan melibatkan Warga Negara Asing (WNA) dengan garapan budaya bertajuk Perang Untek "Pusaka Agraris Desa Kiadan Kabupaten Badung". 

Kepala Dinas Kebudayaan Badung, I Gde Eka Sudarwitha saat dikonfirmasi Rabu (4/6) mengakui jika garapan pada PKB merupakan cerminan tematik dari interpretasi nilai-nilai luhur Jagat Kerthi, khususnya dalam bingkai Pawongan, yakni harmoni antarumat manusia. Dia juga tidak menampik jika, penampilan melibatkan warga WNA sebagai penari dan musisi.

Baca juga: NYAWA Yuliantari Tak Terselamatkan! Pelajar Terlibat Laka Maut di Desa Penarungan Mengwi

Baca juga: Pastikan Tak Ada Siswa Tercecer! Disdik Ungkap Daya Tampung SMP Capai 8.640 Bangku

"Ini memperkuat makna keterbukaan dan keberagaman budaya. Keterlibatan WNA dalam barisan ini bukan sekadar bentuk partisipasi, melainkan perwujudan nyata dari filosofi Pawongan dalam Jagat Kerthi yaitu keharmonisan hubungan antar manusia tanpa sekat asal-usul," jelasnya.

Diakui mereka belajar, menghayati, dan menari dalam irama budaya Bali, bukan sebagai penonton, tetapi sebagai bagian dari masyarakat yang ikut menjaga nilai dan estetika. Ritual Perang Untek yang dibawakan berasal dari Desa Adat Kiadan, sebuah wilayah agraris di jantung Badung. 

Sudarwitha mengaku tradisi ini digelar setiap Purnama Sasih Kapitu, sebagai persembahan dan rasa syukur atas berkah panen. Dalam prosesi ini, para pemuda dan pemudi saling melempar untek (bola kecil dari bahan alam), simbol dari hubungan kosmik antara Purusha (laki-laki/ayah/langit) dan Pradana (perempuan/ibu/bumi). 

"Sebuah bentuk spiritualitas yang hidup, bukan hanya di altar suci, tapi juga di ladang, di peluh, dan di tawa muda-mudi desa. Jadi perang Untek adalah penyucian jiwa melalui permainan," bebernya.

Pada permainan itu menyatukan masa lalu dan masa kini dalam tarian dan tawa. Tradisi ini mengajarkan bahwa warisan bukan untuk disimpan, tetapi untuk dirayakan.

"Simbol keris sebagai lambang Kabupaten Badung turut dijadikan inspirasi dalam desain kostum. Para seniman muda Badung berkreasi dengan sentuhan modern tanpa meninggalkan esensi tradisional," ucapnya.

Selain Perang Untek, barisan Jegeg Bagus, Gebogan, Umbul-umbul, tedung, Kober, serta barisan Baris akan ikut memeriahkan Peed Aya.

Seperti diketahui Pemerintah Kabupaten Badung mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 7 miliar demi menyukseskan BKB. Bahkan persiapan sudah dilaksanakan untuk merebut kembali juara pada ajang kesenian ini. (gus)

 

Berita Terkini