TRIBUN-BALI.COM - Semburan belerang di Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli, telah menyebabkan bencana bagi petani ikan di Desa Terunyan.
Sekitar 70 ton ikan mati akibat semburan belerang pada Sabtu (12/7), menyebabkan kerugian besar bagi peternak ikan.
Kerugian yang dialami peternak ikan diperkirakan mencapai Rp 2,1 miliar, dengan harga ikan yang mati mencapai Rp 30 ribu per kilogram.
Salah satu peternak ikan, I Made Warjaya, Selasa (15/7) melaporkan kerugian yang dialaminya sekitar Rp 200 juta lebih, hal itu akibat kematian 5,5 ton ikan dari 40 keramba jaring apung (KJA) miliknya.
Baca juga: Program Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana Kembali Digodok Pemkab Badung
Baca juga: Bupati Buleleng Siap Jatuhkan Sanksi, Terkait Dua Oknum ASN Diduga Selingkuh Terancam Sanksi Demosi
"Saya sendiri mengalami kerugian sekitar Rp 200 juta, belum lagi yang lain. Total ada 70 ton ikan mati akibat belerang, dengan harga sekarang Rp 30 ribu per kilogram, diperkirakan kerugian mencapai Rp 2,1 miliar," ujarnya.
Akibat fenomena alam tahunan ini, selain menimbulkan kerugian, juga mengancam kesehatan masyarakat. Sebab, bangkai ikan yang belum dibersihkan sepenuhnya di dalam danau, telah menimbulkan bau busuk yang menyebar ke pemukiman warga, membuat mereka tidak nyaman.
"Tadi dari dinas DLH bersama unsur TNI, Polri dan instansi terkait sudah melakukan pembersihan. Namun bangkai ikan masih banyak, dan kita masih shock sehingga tidak mungkin membantu pembersihan ini," kata Warjaya.
Warjaya berharap pemerintah daerah dapat membantu meringankan beban peternak dengan menyediakan bibit ikan pasca-bencana.
Selain itu, dia juga meminta pemerintah melakukan kajian terkait fenomena semburan belerang yang hampir setiap tahun terjadi, agar petani dapat melakukan langkah antisipasi untuk mengurangi kerugian di masa depan.
"Kami harap ada solusi dari pemerintah, mengingat ini terjadi tiap tahun, agar pemerintah menggandeng pihak berkompeten melakukan kajian, supaya kami bisa melakukan langkah-langkah antisipasi," tegasnya. (weg)