Namun pihaknya tak pernah membiarkan hal tersebut berlarut-larut. Terlebih lagi di kawasan pariwisata, yang menjadi penopang ekonomi masyarakat. Karena itu, petugas pun telah diturunkan untuk menelusuri kebenaran postingan tersebut, namun hasilnya nihil.
Mirna menjelaskan, selama ini, ketika menemukan tumpukan sampah yang dibuang sembarangan, baik di tempat publik maupun kawasan hijau, pihaknya akan langsung berkoordinasi dengan desa setempat, baik ada maupun dinas.
Pihaknya pun akan langsung melakukan pembersihan. Terbukti, hal tersebut berhasil menekan jumlah sampah yang dibuang sembarangan.
"Mari kita saling menjaga dan mengingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dan kami sendiri, tidak akan bosan-bosannya memberikan edukasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan," tegasnya. (mit/sar/weg)
Jangan Diperdebatkan, Harus Dikerjakan
Pengelolaan sampah kembali menjadi isu di Bali, setelah pemerintah resmi melarang sampah organik untuk dibuang ke TPA Suwung. Pemerintah Bali terus gencar sosialisasi ke masyarakat, agar sampah dapat dikelola dari sumbernya atau dari rumah tangga.
Hal ini juga yang telah lama dilakukan Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Nyoman Suwirta. Mantan Bupati Klungkung 2 periode itu, bahkan telah mengelola sampah organik secara mandiri di rumahnya sejak tahun 2016 silam.
Nyoman Suwirta kebetulan sedang mengelola sampah saat ditemui di kediamannya di Banjar Siku, Desa Kamasan, Rabu sore (6/8).
Di kediamannya ia menyediakan beberapa tempat sampah berukuran besar, untuk menampung sampah organik berupa sisa makanan dan sebagainya. Serta sampah anorganik, seperti sampah pelastik dan sejenisnya.
“Dari tahun 2016 saya sudah terbiasa pilah sampah. Ini saya sudah lama terapkan bersama keluarga,” ujar Suwirta sembari membuang sampah organik.
Ia mengatakan, sejak tahun 2016 atau saat masih menjabat sebagai bupati, pihaknya telah gencar berupaya merubah pola masyarakat di Klungkung untuk dapat mengelola sampah secara mandiri. Terutama membiasakan masyarakat untuk dapat memilah sampah dari rumah tangga.
“Karena bagaimanapun juga, masalah sampah ini tanggung jawab bersama. Perlu komitmen dan aksi untuk dapat mengelola sampah dari rumah tangga,” ungkapnya.
Suwirta menunjukan bagaimana ia mengelola sampah di rumah tangga. Ia menunjukan Bangdaus (lubang daur sampah), inovasi berupa lubang untuk daur ulang sampah organik yang telah dibuatnya sejak tahun 2016 silam.
“Kalau dulu kami menyebutnya Bang Daus (lubang daur ulang sampah). Kalau sekarang dari bapak atau ibu gubernur menyebutnya Tebe Modern. Apapun namanya, konsepnya sama untuk memfermentasi sampah organik,” ungkapnya.
Setiap hari ia buang sampah organik di Bangdaus yang memiliki kedalaman sekitar 1,5 meter. Lalu setiap hari disiram dengan air dan ditutup.