IPOC ke 21

IPOC ke-21 Ajang Membangun Jaringan, Pengembangan dan Kemajuan Industri Sawit

IPOC 2025 juga menghadirkan pameran industri sawit yang menampilkan teknologi, produk, dan inovasi terbaru dari sektor hulu hingga hilir. 

TRIBUN BALI/ZAENAL NUR ARIFIN
IPOC 2025 - Ketua Panitia IPOC 2025 Mona Surya saat memberikan sambutan dalam pembukaan penyelenggaraan IPOC ke-21 yang akan berlangsung hingga esok hari di BICC The Westin Nusa Dua. 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) semakin menunjukkan perannya bagi kemajuan industri sawit nasional. 

Sebagai forum strategis tahunan yang menjadi barometer arah kebijakan dan prospek industri kelapa sawit nasional maupun global, konferensi yang menghadirkan pembicara kelas dunia, pengambil kebijakan dan para pemimpin di bidang masing-masing semakin dinilai penting para pelaku industri sawit nasional.

“Antusiasme untuk acara tahun ini sungguh luar biasa,” kata Ketua Panitia IPOC ke-21, Mona Surya, Kamis 13 November 2025 dalam sambutan pembukaannya di BICC The Westin Resort Nusa Dua, Badung, Bali.

Menurut Mona, tahun ini terjadi gelombang sponsor baru, dengan 38 perusahaan terkemuka yang berkontribusi pada konferensi. 

Ruang pameran yang disediakan telah dipenuhi dengan 113 stan, lengkap dengan penampilan inovasi-inovasi terbaru. 

Lebih mengejutkan lagi, penyelenggaraan IPOC kali ini mencatatkan rekor jumlah pengunjung, yaitu sebanyak 1.545 peserta dari 28 negara yang telah bergabung dan sekaligus menjadi bukti vitalitas industri sawit Indonesia. 

Selain menjadi momen yang inspiratif bagi pengembangan dan kemajuan industri sawit, menurut Mona, IPOC juga menjadi ajang membangun jaringan. 

Mengingat arti penting jejaring, seperti tahun-tahun sebelumnya konferensi sawit kali ini pun dilengkapi dengan serangkaian acara jejaring untuk membina hubungan yang mendorong kemajuan bisnis. 

Konferensi diawali dengan kompetisi yang bersahabat di lapangan hijau pada turnamen golf, lalu digelar juga kegiatan bincang-bincang santai saat menikmati koktail, maupun networking night sambil menikmati hiburan. 

Seluruhnya dirancang untuk memicu terciptanya kesepakatan dan terjalinnya kemitraan diantara para pelaku industri sawit.

Tahun ini, GAPKI mengangkat tema “Navigating Complexity, Driving Growth: Governance, Biofuel Policy, and Global Trade.” 

Menurut Mona, industri sawit nasional memang tengah menghadapi dunia dengan kompleksitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Itulah sebabnya tema tahun ini sangat relevan. 

Tantangan-tantangan yang tidak ringan itu misalnya volatilitas harga, stagnasi di wilayah-wilayah penghasil utama, maupun hambatan perdagangan yang signifikan seperti Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR). 

Regulasi nasional dan kebijakan global, menurut Mona, bukan sekadar latar belakang, keduanya merupakan kekuatan aktif yang membentuk operasionalisasi di industri sawit Indonesia.

Kendati demikian, menurut Mona, di balik tantangan-tantangan ini tersimpan peluang yang sangat besar. 

Karena itu, agenda tahun ini disusun dengan cermat. 

Diharapkan, konferensi akan menghasilkan kajian-kajian mengenai kebijakan domestik Indonesia, dorongan strategi untuk ketahanan industri, kajian terhadap implikasi EUDR, maupun terbukanya wawasan pasar dari para pelaku pasar regional, sekaligus prediksi dan analisis masa depan mengenai prospek harga minyak sawit.

IPOC 2025 menghadirkan pembicara nasional dan internasional terkemuka di bidang minyak nabati dan kebijakan perdagangan global.

Beberapa pembicara utama antara lain: Thomas Mielke, Executive Director Oil World, yang akan menyampaikan analisis mengenai proyeksi harga dan tren pasar minyak nabati dunia. Julian McGill, pendiri Glenauk Economics, yang akan memberikan pandangan tentang dinamika makroekonomi yang memengaruhi sektor komoditas. Ryan Chen dari Cargill Investments, China, yang akan memaparkan outlook ekonomi China dan prospek bagi industri sawit. Satia Varqa dari FastMarkets, yang akan mengulas respons strategis dalam menghadapi tantangan pasar global.

Seperti halnya pada gelaran IPOC tahun-tahun sebelumnya, konferensi ini juga akan menghadirkan analis minyak nabati senior terkemuka dunia, Dorab Mistry (Godrej International Ltd.), yang akan mengulas prospek harga minyak nabati tahun mendatang.

Selain itu, Pietro Paganini, pakar komunikasi dan kebijakan publik internasional, akan membahas strategi industri dalam menjawab isu keberlanjutan dan regulasi global.

Eddy Abdurrachman dan Andri Hadi akan menyoroti arah kebijakan serta diplomasi sawit Indonesia di tingkat internasional.

Sementara itu, Dr. M. Fadhil Hasan dan Oscar Tjakra akan memberikan analisis mendalam mengenai rantai pasok, kebijakan energi, serta prospek investasi jangka panjang di sektor minyak nabati.

Sebagai forum yang telah memasuki penyelenggaraan ke-21, IPOC 2025 juga menghadirkan pameran industri sawit yang menampilkan teknologi, produk, dan inovasi terbaru dari sektor hulu hingga hilir. 

Kegiatan ini menjadi wadah bagi pelaku usaha, pembuat kebijakan, dan mitra global untuk berbagi pengetahuan serta memperkuat jejaring bisnis berkelanjutan.

Para peserta memperoleh paparan tentang langkah-langkah strategis untuk memperkuat industri kelapa sawit nasional dan mentransformasi tantangan menjadi peluang demi mempertahankan daya saing di pasar global.

Pandangan dari sisi pemerintah akan semakin menarik dan relevan dengan topik mengenai kompleksitas tantangan serta kontribusi industri sawit nasional, terutama dalam konteks rencana peningkatan bauran biodiesel menjadi B50.

Selain rangkaian konferensi yang kaya akan analisis mendalam, acara ini juga akan menyelenggarakan pameran industri yang menampilkan perkembangan terkini teknologi, produk, dan layanan pendukung.

IPOC 2025 bukan hanya sebuah konferensi, melainkan sebuah investasi strategis untuk memahami masa depan dan merajut kemitraan dalam menghadapi kompleksitas industri minyak sawit global. (*)

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved