Banjir di Bali
Menteri Hanif: Bali Alami Konversi Lahan Dari Hutan Jadi Non-Hutan Seluas 459 Hektar
Hanif menyampaikan bahwa alam sudah mengkalibrasi dengan hujan yang ekstrem, di mana curah hujannya mencapai 245,75 mm dalam satu hari
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Seusai mendampingi kunjungan Presiden Prabowo Subianto meninjau lokasi terdampak banjir bandang Bali, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq memimpin rapat pembahasan tindak lanjut penanganan pasca banjir.
Sejumlah hal dan langkah penanganan pasca banjir dibahas dalam rapat tersebut yang digelar di Rumah Jabatan Gubernur Bali.
Bahkan fakta data baru disampaikan oleh Menteri Hanif pada rapat tersebut.
"Sebenarnya perubahan lansekap sudah berlangsung lama, tidak di zaman Gubernur sekarang atau Gubernur sebelumnya, tapi kondisi Bali memang landscape-nya berubah sedikit ya," ujar Menteri Hanif memberikan keterangan usai memimpin rapat, Sabtu 13 September 2025 malam.
Baca juga: Menteri Hanif Bolehkan TPA Suwung Tampung Sampah Dampak Banjir Bali
Menurutnya, kalau daerah yang lain berubah sampai ratusan bahkan ribuan hektar tidak terlalu berpengaruh, tetapi Bali ini sangat berbeda.
Gubernur mengatakan, bahwa ada Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung, di bawahnya ada 4 DAS atau Tukad, ada DAS Mati, DAS Badung, DAS Singapadu, itu semuanya hulunya DAS Ayung.
Jumlah totalnya 49.500 hektar, kemudian dari 49.500 hektar itu yang ada pohonnya hanya sekitar 1.500 hektar, atau boleh dikatakan hanya 3 persen.
"Tadi Gubernur juga agak kaget dan memang secara ekologis paling tidak untuk daerah aliran sungai mampu menahan ekosistem di bawahnya itu paling tidak harus 30 persen," imbuh Menteri Hanif.
Di mana DAS Ayung ini salah satu DAS yang penting, karena di bawahnya ada Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.
Jadi itu cukup serius, sehingga tadi Gubernur dan seluruh perangkat daerah sepakat menyatukan langkah untuk mengembalikan fungsi dari lansekap ini untuk menjadi lahan atau resilien terkait dengan bencana hidrometeorologi.
"Hidrometeorologi ini mestinya tidak hanya hari ini saja, karena telah terjadi perubahan iklim yang cukup serius di global. Akan terjadi mungkin beberapa kali secara periodik, untuk itu Bali harus siap," jelasnya.
Namun secara sigap seluruh pemerintah daerah telah menangani penanganan dari kasus ini, kemudian saat ini pemulihan pasca banjirnya.
"Jadi kita semua akan melakukan pengawasan ketat, termasuk upaya dari kita semua untuk menghindari sejauh mungkin konversi-konversi lahan yang tidak diperlukan. Jadi kita harapkan tidak ada lagi konversi-konversi lahan untuk kegiatan terbangun, seperti vila, hotel, dan lain-lain yang akan mengganggu serapan air," papar Menteri Hanif.
Lebih lanjut Hanif menyampaikan bahwa alam sudah mengkalibrasi dengan hujan yang ekstrem, di mana curah hujannya mencapai 245,75 mm dalam satu hari di tanggal 9 September 2025 lalu.
Itu artinya apa? Dalam tanggal 9 September 1 meter persegi tanah itu dicurahi hujan lebih hampir 1 drum atau 245 liter.
Jadi kalau total secara general atau umum untuk DAS Ayung tadi yang 49.500 hektar itu ada 121 juta meter kubik yang turun di DAS Ayungpada hari itu.
Sementara daerah-daerah drainase dan sungai-sungainya beberapa sudah mengalami sedimentasi yang cukup serius, dan terdapat timbunan-timbunan sampah sehingga terjadi banjir.
Upaya serius Gubernur untuk membangun penyelesaian sampah di hilir dan di sumbernya sepertinya wajib, tidak boleh lagi ditunda, karena sudah menimbulkan bencana banjir dengan hampir 17 orang meninggal dan masih ada 5 orang lagi yang masih hilang dan sedang dicari.
Senin depan, tim dari Kementerian Pengendalian Hidup akan turun bersama dengan tim dari Provinsi dan Kabupaten Kota untuk mendesain, melakukan evaluasi terhadap kajian lingkungan hidup strategis dari tata ruang Provinsi Bali.
Disinggung rendahnya pohon hutan di Bali itu apa karena adanya alih fungsi lahan?
Menteri LH Hanif Nurofiq mengungkapkan hal itu sudah berlangsung lama, karena dari 2015 sampai 2024 kemarin itu terjadi konversi lahan dari hutan menjadi non-hutan itu seluas 459 hektar.
"459 hektar itu untuk pulau lain mungkin kecil, tetapi untuk pulau Bali sangat berarti karena sisa hutannya hanya 1.500 hektar. Awalnya 1.000 sampai 2.000 tetapi berkurang 400 sehingga saat ini tinggal 1.500. Itu cukup sangat serius, sehingga hutan yang hujan yang ekstrem atau hujan yang lebat aja itu sudah ngaruhnya sangat besar untuk Bali," tuturnya.
"Itu terjadi ada perubahan dari hutan menjadi tidak hutan seluas 459 hektare dari tahun 2015 sampai 2024, jadi sudah 10 tahun itu jangka panjang. Itu angka yang tidak terlalu besar ya di provinsi lain, tetapi untuk Bali ini menjadi besar," sambung Menteri Hanif.
Maka dari itu Pemerintah Daerah di Bali untuk segera melakukan mitigasi dan melakukan kegiatan reforestasi maupun revegetasi.
Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan menindaklanjuti upaya penanganan pasca banjir yang terjadi di Bali, terutama sekali di Denpasar yang menimbulkan korban, dan juga timbunan sampah yang cukup besar di Tukad Badung, serta di Pasar Badung dan Pasar Kumbasari yang harus segera ditangani dengan tuntas.
Yang kedua juga berkaitan dengan upaya pencegahan yang harus dilakukan ke depan agar kejadian serupa ini sedapat mungkin di masa-masa yang mendatang tidak terjadi lagi, karena itu ia akan melakukan penelusuran.
Pertama adalah penelusuran Tukad Badung dari hulu sampai ke hilir, apakah terjadi penggundulan hutan, kemudian mengurangi resapan air, sehingga ketika ada hujan lebat itu potensi banjirnya menjadi lebih besar.
Tentu saja ke depan tidak hanya Tukad Badung, juga Tukad Unda, maupun juga Tukad lainnya di Bali yang memang harus dijaga karena sungai itu adalah sumber air.
"Momentum banjir yang terjadi yang begitu besar itu supaya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk memiliki tanggung jawab, bagaimana menjaga alam Bali ini agar ekosistemnya terjaga dengan baik, sehingga tidak mengganggu kehidupan masyarakat dan mengancam generasi ke depan kita," ucap Gubernur Koster.
Menurutnya situasi bencana dan pasca banjir di Bali ini sudah tertangani dengan baik, akan dibersihkan tuntas dampak banjir, dan juga akan segera memulai persiapan untuk membuka atau reaktivasi kembali Pasar Badung dan Pasar Kumbasari.(*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.