Bisnis
KONTRAKSI Penjualan Eceran Terkontraksi 2,4 Persen, Penjualan Ritel Oktober 2025 Perkiraan Naik!
Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja penjualan eceran pada Oktober 2025 meningkat, baik secara bulanan maupun tahunan.
Meski demikian, Josua mengingatkan terdapat tanda kehati-hatian yang menahan lonjakan belanja. Ini terlihat dari porsi pendapatan yang dibelanjakan turun menjadi sekitar tiga perempat, sementara porsi ditabung naik. Kemudian minat membeli barang tahan lama menguat pada kelompok berpendapatan menengah ke bawah tetapi melemah pada kelompok menengah atas.
“Artinya, fondasi permintaan membaik, tetapi perilaku sebagian konsumen, terutama kelas menengah atas masih selektif dan menahan belanja besar,” ungkapnya.
Penjualan ritel diperkirakan meningkat hingga puncak Desember 2025 sebelum kembali mengikuti siklus musiman. Harapan penjualan tiga bulan ke depan juga naik signifikan, seiring lonjakan permintaan akhir tahun dan momen keagamaan awal tahun.
Josua menilai, ekspektasi untuk Desember 2025 dan Maret 2025 meningkat, disertai kenaikan harga umum yang bisa membuat sebagian pertumbuhan nominal berasal dari penyesuaian harga, bukan volume. Setelah musim liburan, tren biasanya kembali normal, mengikuti pola musiman. (kontan)
Sulit Meningkat Stabil
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, tren penjualan ritel ke depan sulit untuk meningkat stabil disebabkan beberapa faktor.
Pertama, ketimpangan antar-kelompok barang. Ia mencatat, subsektor peralatan informasi dan komunikasi serta sandang masih berkontraksi secara tahunan, sementara dorongan banyak datang dari kebutuhan pokok dan rekreasi.
“Struktur seperti ini menandakan penguatan lebih banyak pada kebutuhan sehari-hari dan aktivitas hiburan, belum pada barang tahan lama yang biasanya memberikan dorongan nilai lebih besar,” kata Josua.
Kedua, kehati-hatian finansial rumah tangga. Menurut Josua, peningkatan porsi menabung serta porsi cicilan yang relatif tetap membatasi ruang untuk belanja tambahan, terutama bagi kelompok pengeluaran tinggi.
Ketiga, sebaran spasial yang belum serempak. Peta dan tabel kota menunjukkan ada kota besar yang tumbuh kuat seperti Surabaya dan Banjarmasin, tetapi beberapa kota lain justru melemah, sehingga dorongan nasional tidak sepenuhnya merata.
Keempat, ekspektasi kenaikan harga pada tiga hingga enam bulan ke depan berpotensi menggerus daya beli riil jika tidak diimbangi pengendalian harga pangan dan kelancaran pasokan. (kontan)
| BERAS Dijual di Bawah HET Diburu Warga, Pemkab Gelar Pasar Murah Jelang Galungan dan Kuningan |
|
|---|
| TRAFIK Internasional Tembus 64 Persen, Bandara Ngurah Rai Layani 2 Juta Lebih Penumpang Oktober 2025 |
|
|---|
| MENKEU Purbaya Akui Target Pajak 2025 Berat Akibat Lesunya Ekonomi |
|
|---|
| PITRA Yadnya Signature Plan Protection BPD Bali & Equity Life, Fleksibilitas Perlindungan Jiwa |
|
|---|
| Pembiayaan Fintech Lending Tumbuh 22,16 Persen, Ini Kata OJK |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.