Banjir di Bali
Jaya Negara Sebut 90 Persen Sampah Pasca Banjir di Bantaran Tukad Badung Bali Sudah Terangkut
Menurutnya, pemerintah kota bersama TNI, Polri, ASN, dan masyarakat terus melakukan kerja bakti harian.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Upaya pembersihan sampah pasca banjir bandang di sejumlah aliran sungai Kota Denpasar menunjukkan perkembangan signifikan.
Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, menyampaikan bahwa hingga kini sekitar 85–90 persen sampah di bantaran sungai sudah berhasil diangkut.
Meski begitu, ia mengakui intensitas hujan yang masih tinggi menyebabkan munculnya timbunan sampah baru.
"Setiap hujan turun, aliran membawa sampah tambahan, jadi persentase pastinya terus berubah," kata Jaya Negara.
Baca juga: 15 Titik Jalan di Bali Rusak Akibat Banjir, Kementerian PU Anggarkan Rp 8 Miliar
Menurutnya, pemerintah kota bersama TNI, Polri, ASN, dan masyarakat terus melakukan kerja bakti harian.
Koordinasi rutin juga dilakukan setiap sore untuk menentukan titik prioritas pembersihan.
Ia menambahkan, momentum World Cleanup Day pada 21 September mendatang akan dimanfaatkan untuk menggerakkan desa adat membersihkan lingkungan masing-masing.
"Jro Bendesa sudah menyatakan komitmen, warganya akan ikut turun membersihkan. Kami ingin aktivitas warga bisa kembali normal sesegera mungkin," jelasnya.
Pantauan di lapangan menunjukkan kondisi Tukad Badung yang mengalir di antara Pasar Badung dan Kumbasari kini lebih bersih dibanding beberapa hari sebelumnya.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Kota Denpasar, Gandhi Dananjaya Suarka, menyebutkan volume sampah yang diangkut meningkat tajam setelah banjir.
Dalam sehari, sekitar 30 ton sampah terangkut menggunakan 20 unit dump truck milik DPUPR dan DLHK.
Ia menambahkan, setelah masa tanggap darurat berakhir, pemerintah akan melanjutkan program normalisasi sungai.
"Beberapa sungai mengalami pendangkalan cukup parah. Tukad Badung, misalnya, sudah tertimbun sedimentasi hingga 50 sentimeter," ujarnya.
Pendangkalan tersebut disebabkan endapan lumpur, sedimentasi alami, hingga limbah domestik warga yang masih banyak dialirkan langsung ke sungai tanpa melalui septic tank.
"Selain sampah, limbah cucian dapur, kamar mandi, bahkan ada yang membuang kloset langsung ke aliran sungai. Semua ini memperparah kondisi dan harus segera ditangani dengan pengerukan," jelas Gandhi. (*)
Kumpulan Artikel Bali

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.