Pohon Tumbang di Klungkung

TANGIS Sudiasa Liat Ibunda Terpental Kena Pohon Tumbang, Ia Sebut Sudah Banyak Pertanda & Halangan  

Dalam wawancara khusus dengan Tribun Bali, Sudiasa yang juga korban tak kuasa menceritakan tragedi di Pura Segara Penataran Ped itu.

|
TRIBUN BALI/SURYA
Tangis Wayan Sudiasa tumpah, tatkala ia menceritakan sang ibunda yang meninggal dunia terpental akibat pohon tumbang di Pura Segara Pentaran Ped, Nusa Penida, Klungkung, Bali.  

Dari hasil pemeriksaan awal, diketahui bahwa cuaca di sekitar lokasi saat kejadian dalam keadaan cerah, tanpa angin kencang maupun hujan. Diduga, pohon berukuran besar tersebut tumbang akibat kondisi batang yang sudah rapuh. 

Personel Polsek Nusa Penida bersama masyarakat dan petugas pura segera melakukan pemotongan dan pembersihan pohon tumbang agar area persembahyangan kembali aman bagi umat. 

“Kami turut berduka cita atas meninggalnya salah satu korban. Personel kami langsung bergerak cepat untuk mengevakuasi korban dan mengamankan lokasi. Kami juga mengimbau masyarakat agar selalu berhati-hati saat beraktivitas di area pura yang banyak pepohonan besar,” ujar Kesuma Jaya.

Sementara itu, jenazah dan para korban lainnya diberangkatkan dari Nusa Penida menuju Klungkung daratan. Pemberangkatan korban dimulai sekitar pukul 07.30 WITA dengan pengawalan langsung personel Polsek Nusa Penida di bawah pimpinan AKP Kesuma Jaya.

Korban diberangkatkan melalui dua jalur laut, masing-masing menggunakan Kapal Roro Nusa Jaya Abadi dari Pelabuhan Roro Nusa Penida menuju Pelabuhan Padang Bai, serta speed boat Gangga Express 27 dari Pelabuhan Sampalan menuju Padang Bai.

Adapun jenazah Suarti, korban asal warga Dusun Swelagiri, Desa Aan, Banjarangkan, Klungkung.  Jenazah Suarti diseberangkan dari Nusa Penida ke Bali daratan, Kamis (6/11). Jenazah sementara dititipkan di RS Sanjiwani Gianyar, karena di RSUD Klungkung intalasi penitipan jenazah penuh. Pihak keluarga masih akan berunding, untuk menentukan hari baik untuk upacara pengabenan terhadap jenazah Ketut Suarti.

“Sementara jenazah dititip, rencananya di RS Sanjiwani Gianyar. Karena di Desa Aan belum bisa ngaben, karena pujawali di Pura Kentel Gumi,” ungkapnya.

Korban lain yang diperbolehkan pulang yaitu I Wayan Lilar (65), luka di bagian dahi, Ni Kadek Rumiani (36), masih mengalami syok, Sunarmi Liaturrofiah (20) dalam keadaan hamil muda dan mengalami nyeri bahu, I Wayan Sudiasa (40), luka di bagian mulut. Mereka merupakan pemedek asal Dusun Swelagiri, Desa Aan, Sementara korban Ni Luh Dewiantari, asal Desa Kutampi, Nusa Penida, telah lebih dahulu dipulangkan dalam kondisi stabil.

AKP Kesuma Jaya menjelaskan, pihaknya menurunkan sejumlah personel untuk mengawal dan mengamankan proses evakuasi serta pemberangkatan korban sejak pagi hari. “Kami pastikan seluruh proses pemberangkatan berjalan dengan aman dan lancar. Personel kami hadir di setiap titik pelabuhan untuk membantu keluarga korban dan memastikan tidak ada hambatan selama proses berlangsung,” ujar Kesuma Jaya.

Selain memastikan keamanan, Polsek Nusa Penida juga turut memberikan pendampingan kemanusiaan kepada keluarga korban yang tampak masih dalam suasana duka. “Kami turut berduka cita atas meninggalnya korban Ni Ketut Suarti. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan, dan para korban lainnya segera pulih,” ungkap Kesuma Jaya.

Dari hasil pengawasan di lapangan, pemberangkatan korban total 13 orang, terdiri dari 5 korban dan 8 anggota keluarga.

Di sisi lain, duka mendalam menyelimuti keluarga Suarti. Lansia tersebut berpulang karena musibah pohon tumbang. Padahal saat itu, ia dan keluarganya hendak melakukan persembahyangan Hari Purnama. 
Perbekel Desa Aan, I Wayan Wira Adnyana menjelaskan, ketika itu korban bersembahyang bersama keluarganya.

“Beliau bersembahyang ke Nusa Penida bersama keluarganya. Ada suaminya, ada keponakannya, karena memang kemarin Hari Purnama,” ungkap I Wayan Wira Adnyana, Kamis (6/11).

Adnyana mengenal sosok Ni Ketut Suarti sebagai wanita pekerja keras. Meskipun sudah berusia senja, Suati tetap tekun menjalani pekerjaanya sebagai buruh bangunan. “Ia sering bantu anaknya sebagai buruh bangunan,” ungkap Wira Adnyana yang juga masih berkerabat dengan korban. (mit)

Pengempon Pura Gelar Guru Piduka

Pasca insiden pohon tumbang yang menewaskan seorang pemedek di areal Pura Segara Penataran Ped, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, pengempon pura berencana menggelar upacara guru piduka. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk permohonan maaf serta untuk memulihkan kesucian pura pasca musibah tersebut.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved