Bentuk Penolakan, Made Bayak Ditimbun Pasir
Aksi Made Bayak tersebut merupakan rangkaian dari acara akbar bertajuk “Tolak Reklamasi Teluk Benoa Art Event” yang digelar di Parkiran Pantai Padang
Penulis: Putu Candra | Editor: Iman Suryanto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Berbagai cara dilakukan berbagai elemen masyarakat Bali dalam menyuarakan protes terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa seluas 700 hektar oleh investor. Simbol protes tersebut pun disuarakan seniman Made Bayak dalam aksi performance art nya, yakni mengubur seluruh tubuhnya dengan pasir.
Menggunakan satu unit eskavator perlahan tapi pasti, tubuh seniman asal Gianyar ini ditimbun pasir. Aksi Made Bayak tersebut merupakan rangkaian dari acara akbar bertajuk “Tolak Reklamasi Teluk Benoa Art Event” yang digelar di Parkiran Pantai Padang Galak, Desa Kesiman Petilan, Minggu (19/10/2014).
Selain Made Bayak ada sekitar 250 seniman, ratusan Sekehe Teruna Teruni (STT), Banjar, komunitas dan perhimpunan mahasiswa yang tergabung di acara yang di fasilitasi oleh STT Yowana Dharma Kretih, Banjar Kedaton, Desa Kesiman Petilan ini.
Ditemui usai melakukan aksinya Made Bayak menyatakan, aksinya tersebut merupakan simbol perlawanan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa. Mengubur diri dengan pasir diibaratkan Bayak, Teluk Benoa yang merupakan kawasan korservasi akan ditimbun oleh investor dengan dalih peningkatan pariwisata.
“Jika Teluk Benoa diurug itu akan merusak lingkungan dan merusak sendi-sendi masyarakat sekitar khususnya, dan Bali pada umumnya. Berkaca dari reklamasi Serangan hingga kini semuanya rusak. Bali itu tidak butuh reklamasi dengan berbagai iming-iming, Bali itu kaya akan seni dan budayanya. Melalui event ini kami menyerukan kepeda pemerintah batalkan reklamasi dan segera cabut Perpres 51 tahun 2014,” ucapnya. (*)