HUT Kemerdekaan RI

Kisah Cinta Ida Ayu Nyoman Rai Srimben di Buleleng Lahirkan Soekarno

Sosok kedua orangtua yang berasal dari suku dan agama berbeda inilah mempengaruhi pemikiran Soekarno tentang Nasionalisme.

Penulis: Lugas Wicaksono | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN BALI/LUGAS WICAKSONO
Rumah panggung di kediaman Srimben Banjar Bale Agung, Kelurahan Paket Agung masih berdiri kokoh, Senin (24/8/2015) 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Nuansa klasik masih terlihat pada bangunan kediaman Ida Ayu Nyoman Rai Srimben di Banjar Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Buleleng, Bali.

Rumah inilah saksi kisah asmara antara Srimben dengan Raden Soekeni, seorang guru pendatang dari Jawa hingga melahirkan anak kedua bernama Soekarno.

Sosok yang dikenal dalam sejarah sebagai Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia (RI).

Dewa Nyoman Sukrawan dari Yayasan Destawan Buleleng mengatakan, sejarah lahirnya bangsa Indonesia tidak terlepas dari Banjar Bale Agung.


Soekeni dan Srimben

Dari sinilah lahir bibit-bibit asmara dari Srimben, keturunan warga Pasek, anak kedua dari pasangan I Nyoman Pasek dan Ni Made Liran yang lahir pada 1881.

Saat menginjak remaja ia mengenal Soekeni, seorang guru SD Paket Agung yang tinggal di sebuah rumah kos tidak jauh dari rumah Srimben.

Sampai pada akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan asmara.

Meski suku, agama dan istiadat keduanya berbeda, tidak mengahalangi keduanya untuk bersatu.

Soekarno pun lahir pada 1901 dari pasangan ini saat Soekeni ditugaskan di Surabaya.

“Pada zaman itu dua sejoli ini sudah berani melepas yang namanya agama, adat istiadat termasuk kebiasaan-kebiasaan yang pernah ada pada diri Rai Srimben itu sendiri. Dan itulah salah satu keberanian yang dimiliki darah Bali yang bernama Rai Srimben, dan keberanian tu lahirlah Putra Sang Fajar Bung Karno, dan Bung Karno yang mencetuskan lahirnya republik ini,” ujarnya.

Sosok kedua orangtua yang berasal dari suku dan agama berbeda inilah mempengaruhi pemikiran Soekarno tentang Nasionalisme.

Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam suku, agama dan adat istiadat yang berbeda, sehingga Nasionalisme inilah yang melahirkan istilah Bhineka Tunggal Ika.

(Inilah Ida Pandhita Perempuan Asal Bangli yang Didiksa Pada Usia 21 Tahun)

Namun, sampai saat ini pemahaman publik tentang andil dua sejoli, Srimben dan Soekeni terhadap sejarah lahirnya bangsa Indonesia masih sangat minim.

Ia berencana akan membuat fragmentasi cerita kisah asmara keduanya dan mementaskannya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Ikuti kami di
AA

Medium

Large

Larger

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved