Ritual Pertapaan Maha Guru Aertrya Jadi Perbincangan, Diminta Urus Izin Bertapa di Goa Panca Pandawa

Untuk mencapai moksa, pria asal Kesiman, Denpasar, itu bertapa di Goa Panca Pandawa yang berlokasi tepat di hutan Dusun Mengandang, Desa Pakisan,

Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Petugas Dinas Kehutanan Bali RTK IV datang menemui Maha Guru Aertrya di hutan Dusun Mengandang, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Sabtu (26/8/2017). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ratu Ayu Astri Desiani

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Ritual pertapaan yang dilakukan oleh Maha Guru Aertrya Narayana di Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali, masih menjadi perbincangan hangat warga Bumi Panji Sakti.

Meski sempat dievakuasi petugas kehutanan, tak menyurutkan niat Maha Guru Aertrya untuk kembali melanjutkan ritual keagamaannya.

Baca: 10 Fakta Mengejutkan Evakuasi Petapa Mahaguru Aertrya di Hutan Kawasan Buleleng

Untuk mencapai moksa, pria asal Kesiman, Denpasar, itu bertapa di Goa Panca Pandawa yang berlokasi tepat di hutan Dusun Mengandang, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.

Selain bertapa, ia sekaligus membangun tempat suci Pura Campuan Narayana dan Pura Beji.

Hingga saat ini, aktivitas tapa brata yang dilakukan oleh Maha Guru Aertrya belum mengantongi izin dari dinas terkait.

Hal ini pula yang menyebabkan petugas mengevakuasinya dari hutan beberapa waktu lalu.

Untuk memastikan kondisi dan aktivitas Maha Guru Aertrya di dalam hutan, petugas Dinas Kehutanan Bali RTK (Register Tanah Kehutanan) IV, datang menemui Maha Guru di dalam hutan, Sabtu (26/8/2017).

Kedatangan petugas RTK 4, bersama warga Dusun Mengandang, Desa Pakisan, ini disambut positif dan diterima oleh dua abdi Maha Guru Aertrya bernama Wayan Dapet dan Nengah Sukada.

Saat ditemui, Maha Guru Aertrya sedang berada di luar Goa Panca Pandawa yang persisnya berada di bawah lereng Gunung Batukaru.

Menurut Sukada, perjalanan spiritual Maha Guru Aertrya dilakukan sejak tahun 2005 dengan mengunjungi berbagai tempat.

Dikatakan dia, Maha Guru Aertrya-lah yang memberi nama Goa Panca Pandawa.

Bahkan ia telah dua kali menempati Goa Panca Pendawa untuk melakukan tapa semedi, yang diterima positif oleh masyarakat Dusun Mengandang.

"Warga menerima Maha Guru dengan baik. Karena tempat ini jauh, jadi warga tidak sembarangan bisa masuk ke sini. Kalau masalah makan, itu beliau mencari sendiri, paling saya ke sini satu minggu sekali menjenguk, membawakan keperluan diminta. Maha Guru juga menyarankan, jangan memotong kayu, membunuh burung. Kadang juga, warga datang ke sini minta dilukat dan melapor ke desa," ujar Sukada.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved