Gunung Agung Terkini

Ikut Orangtua Mengungsi Dari Gunung Agung, Potret Bocah-Bocah Ini Terasa Mengharukan

Suasana balita dan lansia di lokasi pengungsian GOR Swecapura, Klungkung, Bali ini membuat hati trenyuh, mereka juga butuh perhatian lebih

Penulis: Eviera Paramita Sandi | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali
Kolase 

TRIBUN-BALI.COM – Warga yang bermukim di lereng Gunung Agung, Karangasem, Bali terus berdatangan ke lokasi pengungsian yang tersebar di berbagai daerah di Bali.

Beberapa daerah yang menjadi tujuan diantaranya adalah Klungkung, Bangli dan Denpasar.

Baca: BREAKING NEWS: Kera dan Ular Turun Gunung, Pertanda Sekala Muncul Jelas Menandakan Ini

Hari ini pengungsi pun terus berdatangan di GOR Swecapura, Gelgel, Klungkung.

Tak hanya orang dewasa, anak-anak bahkan bayi pun diajak serta mengungsi.

Mereka rata-rata khawatir bila terus bertahan di pemukimannya akan terjadi sesuatu hal yang buruk.

Suasana pengungsian di GOR Swecapura, Gelgel, Klungkung, Bali, Jumat,  (22/9/2017) balita dan lansia membutuhkan asupan gizi seperti susu dan makanan khusus.
Suasana pengungsian di GOR Swecapura, Gelgel, Klungkung, Bali, Jumat, (22/9/2017) balita dan lansia membutuhkan asupan gizi seperti susu dan makanan khusus. (Tribun Bali / I Nyoman Mahayasa)

Apalagi intensitas gempa vulkanik yang terjadi akibat peningkatan aktivitas gunung tertinggi di Bali ini semakin sering.

Warga juga merasakan suhu udara di kampungnya semakin panas.

Adalah Nengah Tekek yang mengatakan jika alasannya mengungsi karena takut akan gempa yang terjadi selama tujuh hari.

Suasana pengungsian di GOR Swecapura,  Gelgel, Klungkung, Bali, Jumat,  (22/9/2017) balita dan lansia membutuhkan asupan gizi seperti susu dan makanan khusus.
Suasana pengungsian di GOR Swecapura, Gelgel, Klungkung, Bali, Jumat, (22/9/2017) balita dan lansia membutuhkan asupan gizi seperti susu dan makanan khusus. (Tribun Bali / I Nyoman Mahayasa)

Bahkan kata pria berusia 67 tahun itu, dalam sehari gempa yang terjadi bisa sampai belasan kali.

"Sehari bisa bisa 10 sampai 12 kali. Kadang keras, kadang tidak. Karena takut, akhirnya kami mengungsi disini," ujarnya, Jumat (22/9/2017).

Suasana pengungsian di GOR Swecapura,  Gelgel, Klungkung, Bali, Jumat,  (22/9/2017) balita dan lansia membutuhkan asupan gizi seperti susu dan makanan khusus.
Suasana pengungsian di GOR Swecapura, Gelgel, Klungkung, Bali, Jumat, (22/9/2017) balita dan lansia membutuhkan asupan gizi seperti susu dan makanan khusus. (Tribun Bali / I Nyoman Mahayasa)

Sementara itu I Nyoman Rimpeg (55) tampak gundah ketika di pengungsian.

Ia mengaku khawatir dengan ternak sapinya yang ia tinggal di kampung halaman.

Ia belum sempat menjual ternaknya, karena ditawar sangat murah oleh pengepul.

Suasana pengungsian di GOR Swecapura,  Gelgel, Klungkung, Bali, Jumat,  (22/9/2017) balita dan lansia membutuhkan asupan gizi seperti susu dan makanan khusus.
Suasana pengungsian di GOR Swecapura, Gelgel, Klungkung, Bali, Jumat, (22/9/2017) balita dan lansia membutuhkan asupan gizi seperti susu dan makanan khusus. (Tribun Bali / I Nyoman Mahayasa)

"Tetangga saya ternak sapinya dijual murah untuk mengungsi. Biasanya sapi harganya Rp.12 juta per ekor malah ada yang dibeli hanya Rp.5 Juta per ekor. Jadi lebih baik sapi peliharaan saya, saya titipkan ke kerabat yang belum mengungsi," Jelas Nyoman Rimpeg, Kamis (21/9/2017).

Suasana warga Sebudi ketika berada di Pos pengungsian Lapangan Swecapura, Gelgel, Klungkung, Kamis (21/9/2017)
Suasana warga Sebudi ketika berada di Pos pengungsian Lapangan Swecapura, Gelgel, Klungkung, Kamis (21/9/2017) (Tribun Bali / I Nyoman Mahayasa)
Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved