Meresahkan, 9 Pelajar Lakukan Pembegalan di Denpasar dan Kuta, Dipimpin Bocah 15 Tahun

Kelompok yang pernah melakukan penusukan korbannya ini dipimpin seorang bocah berumur 15 tahun berinisial MAD.

Penulis: I Dewa Made Satya Parama | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Rizal Fanany
Sebanyak sembilan anak di bawah umur ditangkap karena diduga terlibat aksi pembegalan di kawasan Denpasar. Mereka kini diamankan di Mapolsek Denpasar Barat, Senin (2/10/2017). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pelaku aksi pembegalan di kawasan Denpasar yang menyasar pengguna jalan pada dini hari berhasil ditangkap.

Pelakunya berjumlah sembilan dan semuanya masih bau kencur alias masih anak-anak.

Kelompok yang pernah melakukan penusukan korbannya ini dipimpin seorang bocah berumur 15 tahun berinisial MAD.

Pelaku yang ditangkap oleh Unit Reskrim Polsek Denpasar Selatan ini adalah, MAD (15),  KAP (15), RZL (15), IKR (15), IKA (15), IWRM (15), IK alias Imung (17), SDC alias Dwik (15) dan IGAP alias Open (15).

Kelompok ini dipimpin oleh bocah berumur 15 tahun.

“Pelaku meneriaki korban maling, dan kemudian menghajarnya,” kata Kanit Reskrim Polsek Denpasar Selatan, Iptu Bangkit Dananjaya, Senin (2/10/2017).

Dari pengakuannya, mereka pernah melakukan aksi pembegalan terhadap seorang mahasiswa, di depan bengkel Karya Motor, Jalan Raya Sidakarya pada 28 Septeber 2017.

Pelaku merampas dompet berisikan uang tunai Rp 400 ribu dan sebuah handphone.

“Awalnya kami  menangkap enam orang pelaku dan berdasarkan hasil pengembangan ada tiga tersangka lain yang kami tangkap,” imbuhnya.

Kata dia, kelompok remaja ini diotaki oleh MAD.

Menurut Bangkit, mereka beraksi secara berkelompok pada malam ataupun dini hari. Kawanan remaja ini juga membekali diri dengan sejumlah senjata tajam.

“Mereka selalu membawa dua pisau lipat stainless yang ditaruh pada dashboard motor. Ada juga sebuah rantai kalung dan potongan beso berkuran 30 cm yang kami sita dari tangan pelaku,” terangnya.

Selain senjata tajam, kelompok ini juga membawa staples berwarna kuning saat mengincar korban.

Iptu Bangkit, mengatakan, stapless warna kuning digunakan untuk menakut-nakuti para korban karena memiliki suara mirip dengan tembakan pistol.

“Ini (Stapless) dipakai untuk menakut-nakuti korban,” tuturnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved