Gunung Agung Terkini

Dampak Abu Vulkanik Gunung Agung Hanguskan Tanaman, Begini Akibat Jangka Pendek Dan Panjangnya

Material abu yang jatuh memang berdampak merusak tanaman, bahkan bisa menghanguskan.

Penulis: Putu Candra | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Abu vulkanik masih terlihat di atap rumah warga dengan latarbelakang Gunung Agung di Desa Sibetan, Karangasem, Bali, Indonesia, Jumat (1/12/2017). 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA  - Aktivitas vulkanik di Gunung  Agung saat ini, Sabtu (2/12/2017) masih tinggi.

Ada informasi bahwa saat ini telah teramati garis berwarna cokelat di lereng gunung, Karangasem, Bali.

Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, Sabtu (2/12/2017) di Pos Pengamatan Gunungapi Agung, Rendang, Karangasem, Bali menerangkan bahwa guratan-guratan berwarna abu yang terlihat dari puncak sampai ke bawah adalah material abu yang terbawa oleh hujan.

Kembali ditanya, apakah jatuhan abu vulkanik itu berdampak pada tanaman?

Pihaknya menegaskan, material abu yang jatuh memang berdampak merusak tanaman, bahkan bisa menghanguskan, jika dalam jarak yang relatif lebih dekat ke kawah.

"Jadi dampak langsung dari abu ini, berupa rusaknya lahan, kalau misalnya terkumpul dalam satu aliran sungai, terbawa oleh hujan dan menjadi lahar hujan. Kalau misalnya jauh bisa mengganggu manusia. Sehingga masyarakat harus mempersiapkan diri dengan masker dan alat penutup mata. Karena partikel abu vulkanik bersifat korosif dan juga iritasi untuk mata, kulit dan juga sistem pernafasan," Imbaunya.

Selain tanaman, apakah berdampak pada tanah, dan seperti apa dampak jangka pendek maupun jangka panjang?

Kembali dijelaskan Devy, jika melihat jangka pendek, banyak bencana. Artinya tanaman rusak, lahan tidak bisa lagi digunakan.

Tapi kalau melihat jangka panjang, ini adalah satu investasi kedepannya akan menjadi tanah yang subur dan masyarakat akan mendapat manfaatnya.

"Artinya kalau proses erupsi ini sudah selesai, tidak ada lagi hujan abu. Abu akan terbawa oleh hujan, terserap tanah. Abu ini adalah mineral yang datang dari perut bumi. Mineral yang datang dari perut bumi ini mengandung zat-zat yang dibutuhkan untuk menentukan vertilitas dari tanah. Kedepannya ini akan menjadi tanah yang subur," jelas Devy.

Ditanya kira-kira berapa lama proses recovery tanah menjadi subur, pasca erupsi?

Pihaknya menyatakan tergantung besarnya eksplosif erupsi.

"Tergantung juga seberapa eksplosif erupsinya. Bisa jadi singkat dalam waktu misalnya beberapa bulan atau tahun. Misalnya efek kerusakan yang terlalu besar, recoverynya lebih lama. Jadi sangat tergantung seberapa besar efek dari eksplosifitas erupsi itu. Material vulkanik ini adalah material yang membawa kesuburan tanah. Jadi abu yang dikeluarkan ini, salah satunya adalah mineral yang baik untuk kesuburan tanah," urainya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved