Gunung Agung Terkini
Pengungsi Tidur Beralas Tikar Plastik, Penyakit Infeksi Pernapasan Serang Lansia dan Anak-anak
Pengungsi Gunung Agung di Bale Subak Gantalan I, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem mulai diserang penyakit ISPA
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Pengungsi Gunung Agung di Bale Subak Gantalan I, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem mulai diserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Ini karena mereka tidur di lantai hanya beralas tikar plastik.
Malam datang, dingin pun menusuk tulang.
Ni Wayan Asih (32) mengatakan, hampir sebagian pengungsi di Bale Subak Gantalan menderita ISPA.
Ia sendiri mengeluh pilek sejak sepekan ini.
Pengungsi asal Banjar Kubu Pangi, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem ini bahkan dalam kondisi hamil dua bulan.
"Saya pilek sama sakit kepala dari minggu kemarin. Sudah saya diperiksa dari Palang Merah Indonesia (PMI), dan sekarang sudah agak mendingan," kata Asri saat ditemui di lokasi pengungsian, Bale Subak Gantalan Satu.
ISPA mulai menyerang pengungsi sejak erupsi 2 Juli.
Pilek, sesak, dan batuk menyerang para pengungsi khusunya lansia dan anak-anak.
Ada yang sudah sembuh, namun tak sedikit yang masih pilek dan batuk.
Namun ia bersyukur, dapat penanganan medis dari PMI.
Sementara itu, Klian Banjar Adat Kubu Pangi, Mangku Tresna mengungkapkan, jumlah pengungsi di Bale Subak Gantalan sekitar 107 jiwa, atau 30 kepala keluraga.
Mereka yang terkena ISPA mencapai 30 persen.
Namun setelah mendapat penangan, rata-rata pengungsi sudah baik.
Pengungsi terjangkit ISPA, kata dia karena lokasi pengungsian terbuka sehingga angin maasuk.
Para pengungsi juga tidur di lantai beralaskan tikar plastik.
Mereka kedinginan.

Kata pengungsi, dinginnya keramik menyengat ke tulang.
Selain itu, sebelum erupsi 2 Juli, di Banjar Kubu Pangi yang merupakan rumah asal para pengungsi ini, sering diguyur abu tipis.
"Untungnya diberi bantuan terpal sama PMI untuk menutup Bale Subak," ujar Tresna saat ditemui di Bale Subak.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Karangasem, Gusti Bagus Putra Pertama mengatakan, pengungsi yang menderita sakit ISPA cukup banyak.
ISPA berada di urutan pertama penyakit yang menyerang pengungsi, sisusul rematik dan hipertensi.
Ujar dia, ISPA disebabkan karena abu vulkanik serta kondisi di posko pengungsian yang dingin dan terbuka.
"Penyakit paling banyak yang serang pengungsi ISPA. Misalnya 10 orang periksa, sekitar enam pasti sakit ISPA," kata dia.
Tetap Pakai Masker Kalau Bepergian
Dinas Kesehatan Karangasem melakukan beberapa upaya untuk meneken jumlah penderita infeksi saluran pernapasan akut.
Satu di antaranya dengan pengobatan.
Selain itu juga melakukan pencegahan seperti fogging serta edukasi kepada warga.
Dinas Kesehatan juga memberi makanan tambahan.
"Kegiatan ini berjalan sejak September 2017 lalu. Kegiatan ini terus dilakukan untuk menekan kasus ISPA. Dinas Kesehatan telah mendistribusikn masker ke pengungsi. Warga juga diminta untuk tetap pakai masker saat bepergian," pesan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Karangasem, Gusti Bagus Putra Pertama. (*)