Penelitian Ini Menunjukkan Tinja Manusia Mengandung Mikroplastik
bahaya sampah plastik tidak hanya mengancam binatang di lautan. Dalam bentuknya yang paling kecil (mikroplastik) bahkan telah tersebar di mana-mana.
Penulis: Widyartha Suryawan | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM – Belum lama ini, publik dikagetkan dengan penemuan paus sperma sepanjang 9,5 meter terdampar di perairan Desa Kapota, Kecamatan Wangiwangi Selatan (Wangsel), Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Sebab, di dalam perut paus ditemukan berbagai sampah plastik, seperti botol, penutup galon, sandal, botol parfum, bungkus mie instan, gelas minuman, kantong kresek, dan lainnya.
Ternyata, bahaya sampah plastik tidak hanya mengancam binatang di lautan. Dalam bentuknya yang paling kecil (mikroplastik) bahkan telah tersebar di mana-mana.
Mikroplastik dapat didefinisikan sebagai potongan plastik dengan panjang kurang dari lima milimeter.
Mikroplastik berasal dari potongan plastik yang banyak digunakan dalam produk kecantikan.
Mikroplastik telah ditemukan di sedimen laut dalam lebih dari tiga mil di bawah permukaan laut, di es laut Arktik, maupun di pegunungan Swiss.
Bahkan, saat ini mikroplastik telah ditemukan di kotoran manusia.
Dilansir dari newsweek.com, para peneliti dari Medical University of Vienna dan Badan Lingkungan Austria telah mempresentasikan temuan mereka pada United European Gastroenterology (UEG) ke-26 yang diadakan di Wina, Austria.
Para peneliti tersebut mengatakan mikroplastik memberi implikasi jauh bagi kesehatan manusia.
Tim yang dipimpin Philipp Schwabl dari Medical University of Vienna menganalisis sampel tinja dari delapan orang yang tinggal di delapan negara berbeda, yaitu Finlandia, Italia, Jepang, Belanda, Polandia, Rusia, Inggris, dan Austria.
Catatan penelitian menunjukkan bahwa mereka semua terkena plastik melalui pembungkus makanan atau dengan minum dari botol plastik.
Saat dilakukan pengujian, diketahuilah bahwa semuanya memiliki mikroplastik dalam sampel tinja mereka. Mereka menemukan, rata-rata terdapat 20 partikel mikroplastik per 10 gram sampel tinja.
Tim peneliti menduga, fenomena ini mengindikasikan plastik sedang dicerna melalui rantai makanan (misalnya, orang makan ikan yang terkontaminasi) dan oleh potongan-potongan kecil plastik yang berasal dari kemasan makanan, seperti botol.
"Plastik meresap dalam kehidupan sehari-hari dan manusia terpapar plastik dalam berbagai cara," kata Schwabl sebagaimana dikutip newsweek.com.
"Pada tingkat global, produksi plastik dan polusi plastik berkorelasi sangat kuat. Oleh karena itu, kemungkinan bahwa jumlah kontaminasi plastik dapat meningkat lebih jauh jika manusia tidak mengubah situasi saat ini, ” imbuhnya.