Penjudi Sabung Ayam Tobat Gara-gara Kalah dan Diejek Temannya

Seorang pelestari seni bernama Ni Luh Sekar hidup di sebuah desa dengan seorang suami bernama Gede Joblar. Gede Joblar adalah seorang pemabuk

Penulis: Putu Supartika | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/Putu Supartika
Penampilan sanggar Lokanata Singapadu, Gianyar, Bali, Sabtu (24/11/2018). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Seorang pelestari seni bernama Ni Luh Sekar hidup di sebuah desa dengan seorang suami bernama Gede Joblar.

Gede Joblar adalah seorang pemabuk dan penjudi.

Suatu ketika saat Luh Sekar sedang asik mengajak anak-anak untuk berlatih menyanyi Bali (pupuh) datanglah Joblar.

Ia marah pada Luh Sekar.

"Apa ini nyanyi tidak berfaedah mengganggu orang saja. Apa yang kamu lakukan tidak menghasilkan apa-apa," kata Joblar marah.

Joblar jengkel, dan saat itu datanglah temannya untuk mengajaknya minum-minum.

Lalu meraka juga berjanji untuk berjudi sabung ayam, karena menurut mereka sabung ayam menghasilkan uang daripada berlatih seni.

Saat akan berangkat berjudi sabung ayam, rombongannya Joblar melihat istrinya melatih anak-anak desa menari.

Joblar marah bahkan mengusir istrinya.

Katika berjudi sabung ayam, ternyata Joblar kalah dan uangnya ludes.

Tak hanya itu ia juga diejek teman-temannya karena kalah.

Joblar menangis, dan saat itu ia teringat istrinya yang telah pergi.

Diakhir cerita istrinya kembali menemuinya dan Joblar pun menyesal dan memutuskan untuk tidak berjudi alias taubat.

Itulah garapan yang berjudul Rare Mas Bali yang ditampilkan sanggar Lokanata Singapadu, Gianyar, Bali, Sabtu (24/11/2018) malam di Ksirarnawa, Art Center, Denpasar Bali dalam gelaran Bali Mandara Nawanatya III tahun 2018.

"Rare Mas sendiri terinspirasi dari kampung halaman sendiri, dari Singapadu. Meski masa kecil sejatinya dihabiskan dengan bermain tapi mereka belajar tari, peduli pada kesenian di Bali," jelas I Wayan Sutirta selaku pemimpin Sanggar Lokananta.

Bagi pengamat seni, I Wayan Dibia garapan ini tergolong sebuah garapan yang menarik, namun ada beberapa hal seperti remaja yang memerankan orang yang gemar metajen.

"Meski remaja itu didandani seperti orang dewasa tapi tetap saja figurnya remaja," kata Dibia. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved