Hari Juang Kartika, Pecah Perang Palagan Ambarawa & Kecerdikan Taktik Supit Urang Jenderal Sudirman

Jenderal Sudirman yang kala itu masih berpangkat Kolonel sebagai komandan Divisi V turun ke medan perang.

Editor: Ady Sucipto
Istimewa/wikipedia
Jenderal Sudirman tiba di Jakarta pada tahun 1946. 

TRIBUN-BALI.COM - Kehadiran Tentara sekutu di Semarang tepatnya tanggal 20 Oktober 1945 dipimpin Jenderal Bethel mempunyai misi utama melucuti senjata pasukan Jepang.

Kedua, membebaskan Tentara Sekutu yang ditawan Jepang selama Perang Dunia II.

Selebihnya menjaga keamanan dan ketentraman dengan tidak mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun pada prakteknya sekutu yang diboncengi Netherlands Indies Civiele Administration (NICA) bertindak arogan.

NICA datang dan berupaya menancapkan kembali kuku kolonialisme di Indonesia.

Hal inilah yang menyulut kemarahan Bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Ambarawa dan sekitarnya.

Penyerangan NICA ke markas Tentara Keamanan Rakyat (TKR), pembunuhan dan penyiksaan kepada warga sipil membuat seluruh elemen di tanah air sepakat usir Sekutu dari Ambarawa.

Jenderal Sudirman yang kala itu masih berpangkat Kolonel sebagai komandan Divisi V turun ke medan perang.

11 Desember 1945 Pak Dirman memanggil seluruh komandan sektor TKR dan kelaskaran bersenjata untuk membahas rencana penyerangan kepada NICA dan Sekutu.

Bisa disebut ini adalah perang Asimetris. Di mana pasukan Republik kalah dalam segala hal baik persenjataan dan disiplin militer.

Bagaimana tidak, musuh yang mereka hadapi adalah Sekutu yang bermoral amat tinggi, berpengalaman tempur setelah memenangkan babakan Perang Eropa melawan Nazi Jerman.

 
Hanya satu kelebihan dari tentara Republik, yakni semangat berani mati mempertahankan kedaulatan Indonesia sebagai negara merdeka.

Lantas Kolonel Sudirman menerapkan siasat yang digunakan dalam perang Ambarawa yaitu, cepat, cerdik, serentak di segala sektor dengan menggunakan taktik dan strategi "Supit Urang."

Dikutip dari kodam14hasanuddin-tniad.mil.id, dalam prakteknya di lapangan, "Supit Urang" adalah gerakan pendobrakan oleh pasukan pemukul dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menuju Semarang.

Monumen Palagan Ambarawa
Monumen Palagan Ambarawa (Jateng Tribunnews)

Gerakan tersebut diikuti dengan gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana halnya seekor udang menjepit mangsanya.

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved