Kunjungan Wisatawan Tiongkok Menurun, Tapi Tetap Peringkat Teratas
Jumlah kunjungan wisatawan China atau Tiongkok ke Bali kondisinya agak sedikit menurun.
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Kepala Dinas Pariwisata Bali A.A Gede Yuniartha Putra mengatakan jumlah kunjungan wisatawan China atau Tiongkok ke Bali kondisinya agak sedikit menurun.
Penurunan tersebut dapat dilihat dari charter flight dari China ke Bali yang semakin berkurang.
Namun, kata Yuniartha kunjungan wisatawan China itu, masih menduduki peringkat pertama yang datang ke Bali, kemudian disusul Australia dan India di peringkat Kedua dan ketiga.
“Secara umum kunjungan wisatawan ke Bali dari 2010 sampai 2018 tidak ada kata penurunan,” kata Yuniartha saat ditemui di Denpasar, Rabu (30/1/2019).
Ia menambahkan walaupun pada tahun 2018 ditetapkan target 6,5 juta kunjungan wisatawan ke Bali namun baru tercapai 6 juta, hal itu bukan berarti buruk karena kalau dilihat dari data dari 2017 ke 2018 kunjungan mengalami peningkatan, yang mana pada tahun 2017 jumlah kunjungan 5,6 juta orang, sedangkan pada 2018 mencapai 6,07 juta orang.
“Jadi Ini artinya tetap meningkat,” ujarnya.
Menurutnya kalau para wisatawan tersebut diberikan pelayanan yang baik ketika berkunjung ke Bali, maka mungkin saja peningkatan ini akan menjadi lebih besar.
Salah satu pelayanan itu misalnya pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata seperti Bandara Bali Utara.
Bandara itu sangat diperlukan karena menjadi link antara Bali utara, selatan, timur dan barat.
Selanjutnya, infrastruktur yang diperlukan Bali tidak hanya sebatas jalan tol karena jalan tol itu masih mungkin mengalami kemacetan.
Maka dari itu perlu dipikirkan pembangunan moda kereta api karena kereta api tidak mungkin mengalami kemacetan dan ada kepastian waktu tempuh.
“Kemarin ada cerita dengan bapak-bapak narasumber dari Kuala Namu yang menyebutkan dari Kuala Namu ke Medan dengan menggunakan kereta api jamnya sangat pasti. Kalau Medan-Kuala Namu pasti 45 menit dengan 27 kilometer. Ini bisa kita jadikan contoh,” terangnya.
Sedangkan ketika Bali memiliki dua bandara, saat wisatawan menginginkan berangkat melalui bandara di Utara maupun di selatan maka setidaknya juga ada kepastian berapa lama waktu tempuh yang diperlukan secara pasti
“Dari tempat mereka menginap sampai Singaraja berapa lama? Dari tempat mereka menginap sampai Ngurah Rai berapa lama. Ini harus pasti,” ucapnya.