Terkait Wacana Maskot Kabupaten Bangli, Mantan Rektor IHDN Ikut Berkomentar 

Dari kalangan akademisi, yakni mantan Rektor Institut Hindu Dharma Indonesia Denpasar, Prof. Dr. Drs I Nengah Duija, M.Si turut memberikan komentar

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
Akademisi yang juga mantan Rektor Institut Hindu Dharma Indonesia (IHDN) Denpasar, Prof. Dr. Drs I Nengah Duija 

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dari kalangan akademisi, yakni mantan Rektor Institut Hindu Dharma Indonesia (IHDN) Denpasar, Prof. Dr. Drs I Nengah Duija, M.Si turut memberikan komentar terkait wacana maskot Kabupaten Bangli.

Menurut akademisi yang juga berasal dari Bangli itu, sekar padma atau teratai memang layak dijadikan maskot untuk kabupaten yang berada di tengah-tengah Pulau Bali itu.

Dijelaskan olehnya, teratai yang dalam bahasa Sanskerta disebut pangkaja (lahir dari lumpur) memiliki filosofi yang tinggi dan dia mampu hidup di tiga dunia, akar di tanah (lumpur), batang di air, dan bunga di udara.

Pangkaja itu stana Ista Dewata, dipuja pada Surya disebut sweta pangkaja madyaste dan seterusnya (teratai putih di tengah-tengah), cocok untuk Bangli yang berada di tengah-tengah (Pulau Bali) sebagai padma bhuwana," jelasnya.

"(Sementara) kalau gumitir menurut lontar Aji Janantaka adalah jelmaan darah Batari Durga, tan wenang (tak boleh) untuk memuja dewa,” imbuhnya.

Sebelumnya usulan "Sekar Padma" sebagai maskot Bangli muncul dalam rembug sastra yang bertajuk "Sastra, Bangli lan Merdeka Seratus Persen" sebagai pemungkas peringatan Bulan Bahasa Bali 2019, Sabtu (16/2/2019).

Rembug sastra itu digagas oleh Dewan Pimpinan Kabupaten Perhimpunan Pemuda Hindu (DPK Peradah) Indonesia Bangli yang bekerja sama dengan Pengurus Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Bangli dan Komunitas Bangli Sastra Komala.

I Gde Agus Darma Putra, salah satu pembicara dalam rembug sastra ini memaparkan, sekar padma atau bunga tunjung rasanya menjadi pilihan tepat untuk maskot kabupaten yang berada di tengah-tengah pulau Bali ini.

Dijelaskan, bahwa padma sebagai sebuah tumbuhan purba yang memiliki nama lain Pangkaja.

Nama Pangkaja ini dibagi menjadi dua yakni Pangka yang berarti lumpur dan Ja artinya lahir, dengan bergitu Pangkaja bermakna sebagai lahir dari lumpur.

Dharma Putra mengatakan, meski sekar padma lahir dari lumpur, ia tidak dikotori oleh lumpur.

Karena itulah sekar padma ini menjadi sebuah simbol kesucian, sehingga tidak mengherankan bahwa padma ini menjadi tempat duduk atau "asana" dari para dewa-dewi.

Sekar padma dinilai cocok untuk maskot Bangli karena dipandang kaya akan filosofis dan sejalan dengan kondisi eko-religius Bangli yang sangat sentral bagi Bali.

Dalam makalahnya yang berjudul "Geguritan Putra Sasana: Membaca Ulang Ba[ng]li dari Dalam," Dharma Putra mengutip Kakawin Nirartha Prakrӗta yang berbunyi "dura n manduka ya pamuktya wangining tuñjung prakirneng bañu. ekhasta rahineng kulӗm tathapi tan wruh punya ning pangkaja. bheda mwang gatining madhubrata sakeng doh ndan wawang sparsaka. himpӗr mangkana mudha ning wang anukӗr jöng sang widagdheng naya".

Baca: Ini Jawaban Koster Setelah Dilaporkan Kubu Prabowo-Sandi, Diduga Kampanye di Acara Polda Bali

Baca: Jangan Salah, LPKS Tak Bisa Tempatkan Tenaga Kerja di Luar Negeri

Baca: Inilah Sosok Kasirin, Pegadang Nasi Goreng Pemenang Undian Mobil Toyota Agya

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved