Ketahuan Pakai Sound System Saat Pengarakan Ogoh-ogoh, Satpol PP Akan Lakukan Ini

Pengarakan ogoh-ogoh menjadi rawan karena saat mengarak sering bertemu antara ogoh-ogoh satu dengan lainnya.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
Dok Tribun Bali/Rizal Fanany
Pengarakan Ogoh-ogoh di Kuta (29/3/2017) 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Kasatpol PP Kota Denpasar, I Dewa Anom Sayoga, saat memimpin pertemuan yang melibatkan kepolisian, TNI, tokoh masyarakat serta kepala desa/lurah, Kamis (21/2/2019) mengatakan pihaknya telah melakukan persiapan untuk pengamanan pelaksanaan Nyepi di Kota Denpasar.

Utamanya dalam prosesi pengarakan ogoh-ogoh yang dilaksanakan saat pengerupukan, Rabu (6/3/2019) mendatang.

Menurutnya pengarakan ogoh-ogoh menjadi rawan karena saat mengarak sering bertemu antara ogoh-ogoh satu dengan lainnya.

Terlebih lagi musik yang digunakan adalah sound system.

Dengan adanya keputusan Walikota melarang penggunaan saound system dan pengeras suara saat pengarakan ogoh-ogoh, sangat membantu untuk mewujudkan suasana damai.

Untuk itu Sayoga juga berharap semua komponen masyarakat dan tokoh masyarakat turut mensosialisasikan kesepakan bersama terntang pelarangan penggunaan sound system dan pengeras suara saat pengarakan ogoh-ogoh.

Mengingat  ogoh-ogoh merupakan kearifan lokal maka sepatutnya dalam pengarakan ogoh-ogoh juga harus diiringi dengan gamelan tradisional.

"Bila saat pengarakan ogoh-ogoh masih ada yang menggunakan sound system dan alat pengeras suara pihaknya bersama aparat kepolisian dan TNI serta tokoh masyarakat akan melaksanakan tindakan tegas menyita sound system dan alat pengeras suara. Hal itu melanggar Perda No.1 tahun 2015 tentang ketertiban umum," katanya.

Apalagi diperkirakan di Kota Denpasar terdapat ribuan ogoh-ogoh yang akan keliling di masing-masing wilayah tentunya juga menjadi potensi sangat besar menimbulkan gesekan.

Disamping itu menurut Sayoga tahun ini merupakan tahun politik, tentunya diharapkan jangan sampai terjadi hal-hal tidak dinginkan.

Pihaknya juga sudah memetakan beberapa titik rawan menjadi atensi dalam pengarakan ogoh-ogoh mulai dari kemacetan hingga pada menimbukan bentrokan antara pengarak ogoh-ogoh.

"Semua itu bisa dihindari bila kita sama-sama bergandeng tangan untuk menjaga keamanan," katanya.

Selain saat pawai ogoh-ogoh juga saat pelaksanaan pemelastian juga menjadi perhatian pihak keamanan.

Mengingat pelaksanaan pemelastian melibatkan masyarakat yang sangat besar. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved