Air Terjun Campuhan Berubah Warna, Wisatawan Langsung 'Kabur'
Bening dan segarnya air di aliran sungai Air Terjun Campuhan kini tak bisa dinikmati lagi.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Rizki Laelani
Air Terjun Campuhan Berubah Warna, Wisatawan Langsung 'Kabur'
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Bening dan segarnya air di aliran sungai Air Terjun Campuhan kini tak bisa dinikmati lagi.
Air Terjun Campuhan yang terletak di Dusun Pererenan Bunut, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng sudah tak nyaman lagi.
Banyak wistawan yang datang kecewa dengan kondisi air di objek wisata tersebut.
Air di aliran sungai tersbeut, kini tak lagi jernih.
Air yang dulunya mengalir berwarna bening, kini berubah menjadi cokelat susu.
Hal ini disebut warga sekitar sudah terjadi sejak sebulan lalu.
Baca: Live Streaming Manchester United Vs Liverpool Pukul 21.30 Wita, Berikut Cara Analisisnya
Baca: Baju di Malam Perkosaan Dicuci Bidan Desa, Hingga Tak Ada Sprema, Polisi Curigai Hal Ini
Baca: Detik-detik Made Candra Jatuh ke Jurang, Diduga Ada Kejadian Ini Sebelum Akhirnya Hilang
Baca: Remaja 16 Tahun Ini Tega Rusak Kehormatan Kakaknya Hingga 40 Kali, Dipicu Nonton Video Porno
Baca: OPM Terus Melawan dengan Kirim 7 Ultimatum, Warga Non-Papua Segera Dieksekusi
Warga setempat menduga perubahan warna air ini diduga akibat tanah penggalian lahan shortcut titik 5-6 atau yang kini disebut dengan jalan baru batas kota Singaraja-Mengwitani
Ketua Pemandu Wisata Air Terjun Cempuhan Ketut Rasne (32) menduga, material proyek dibuang oleh pihak pekerja ke aliran sungai Buleleng.
Lebih parahnya, jika hujan turun, air yang mengalir menimbulkan aroma yang tidak sedap.
Akibat kondisi ini, wisatawan yang mulanya berniat datang untuk mandi, terpaksa mengurungkan niatnya.
Rasne mengaku telah melapor kepada Kelian Dusun Pererenan Bunut.
Namun hingga saat ini, ia merasa keluhan tersebut belum sepenuhnya ditanggapi oleh aparat desa.
Perbekel Desa Gitgit, I Putu Wardana membantah jika para pekeja proyek jalan baru batas kota Singaraja-Mengwitani membuang material tanah ke aliran sungai.
Berdasarkan hasil koordinasi sebut Wardana, berubahnya warna air menjadi cokelat susu itu lantaran ada sejumlah warga yang memiliki lahan di dekat aliran sungai, melakukan pengurugan.
"Tanah itu bukan sengaja dibuang ke sungai. Itu karena warga yang memiliki lahan agak terjal melakukan pengurugan. Ketika hujan turun, sudah pasti terjadi hal seperti itu," jelas Perbekel Wardana
Untuk itu, Perbekel Wardana pun meminta kepada para pelaku wisata untuk memaklumi atas kondisi yang terjadi. (*)