Ingin Patahkan Stigma Hanya Pamer Kecantikan Saat Piodalan, Gadis-gadis di Banjar Kutuh Lakukan ini

Ingin Patahkan Stigma Hanya Pamer Kecantikan Saat Piodalan, Gadis-gadis di Banjar Kutuh Lakukan ini

Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Sekaa Selonding Miik Ngalub, Banjar Kutuh, Desa Sayan, Ubud. 

TRIBUN-BALI.COM- Miik Ngalub, merupakan nama kelompok kesenian di Banjar Kutuh, Desa Sayan, Ubud. Anggotanya semuanya pemudi setempat.

Menariknya, kesenian yang beranggotakan kaum perempuan ini, tidak bergerak di bidang seni tari.

Melainkan tabuh selonding, yang merupakan gamelan suci dengan tehnik permainan relatif rumit.

Baca: Asmara Terlarang Kades dan ABG Putri, 3 Kali Berhubungan di Rumah Dinas hingga Sang ABG Hamil

Anggota Sekaa Selonding Miik Ngalub, Ni Komang Novi Trisna Dewi (24), Jumat (1/3), mengatakan sekaa selonding ini terbentuk 14 Oktober 2018.

Pembetukan sekaa tersebut, kata dia, ingin mematahkan stigma bahwa kaum pemudi hanya memanfaatkan piodalan, untuk pamer riasan wajah atau kecantikan, tanpa terlibat apapun dalam prosesi ritual.

Padahal, kata dia, semua pemudi di Bali, kemungkinan besar memiliki keinginan terlibat dalam bidang kesenian.

Baca: Saat Koppasus Diserang Secara Gaib, Tiga Sosok ini pun Akhirnya Dihadirkan Dalam Operasi Senyap

Namun lantaran tak memiliki media mengimplementasikan kemauan, merekapun hanya menjadi penonton.

Karena hal tersebutlah, pemudi yang tergabung dalam Sekaa Teruna Cakrawerdhi ini, berkumpul dan mendiskusikan pembentukkan sekaa seni.

Mereka memilih gamelan selonding, lantaran di Kabupaten Gianyar, belum ada sekaa selonding yang anggotanya perempuan. Karena kelangkaan tersebut, merekapun lebih terpacu dalam berlatih.

“Sekaa selonding ini, belajar dari nol, tanpa sebelumnya pernah memainkan gamelan apapun, jadinya di awal-awal latihan, meresapi materinya sangat susah. Sempat pengen menyerah. Tapi karena keseringan berlatih, akhirnya bisa juga. Dan saat ini sudah menguasai beberapa gending,” ujar Mang Ovik sapaannya.

Ketekunan mereka berlatih pun berbuah manis.

Dimana mereka telah dicari oleh prajuru adat di Desa Bongkasa, Abiansemal, Badung agar memainkan gamelan selonding dalam ritual suci, yang dilakukan krama di Bongkasa.

“Sudah pernah ngayah, tapi karena baru pertama kali, jadinya sedikit gerogi,” ujarnya.

Pihaknya berharap, pemudi lainnya di Bali mengikuti jejak mereka dalam bidang kesenian.

Dimana, berkeseian, khususnya dalam hal megamel, tidak hanya ranahnya para lelaki.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved