Petani Tabanan Kembangkan Produksi Beras Hitam, Sekali Panen Bisa Hasilkan 6.5 Ton
Selain terkenal dengan produksi beras merah, saat ini Tabanan juga sedang giat mengembangkan produksi beras hitam
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN – Selain terkenal dengan produksi beras merah, saat ini Tabanan juga sedang giat mengembangkan produksi beras hitam.
Harganya memang lebih mahal, namun kaya manfaat jika dikonsumsi dengan teratur. Hingga saat ini, pelanggan beras hitam didominasi oleh konsumen yang tinggal di wilayah Denpasar.
Salah satu pengusaha beras hitam di Tabanan, I Made Merta Suteja mengatakan beras hitam mulai berkembang sejak empat tahun yang lalu.
Ia memulai pengembangan produksi beras hitam sekitar empat tahun yang lalu. Saat itu, ia benar-benar sendiri mencoba karena yakin akan potensi padi hitam.
Hanya saja, ia mengaku sempat ragu dengan bisnisnya karena belum ada kepastian pasar.
“Kebetulan di kecamatan ada rapat tentang pertanian dan diminta untuk mengembangkan produksi beras tersebut. Beberapa waktu kemudian, kami melihat potensi pasar untuk beras hitam. Beberapa petani juga mulai ikut join, sehingga saya lanjutkan,” tuturnya.
Saat ini, kata dia, ia bersama sekitar 20 petani lainnya di Desa Bengkel, Kediri, Tabanan menggarap lahan seluas 5 hektare.
Setiap kali panen atau enam bulan sekali, ia memperoleh sekitar 6.5 ton padi hitam. Setelah dilakukan pengolahan kemudian susut menjadi sekitar 3 ton.
Menurutnya, jumlah 6.5 ton ini sudah sangat meningkat, karena pada tahun sebelumnya hanya berhasil memperoleh 5 ton saja.
Peningkatan hasil ini dikarenakan sejak tahun lalu ia menerapkan sistem tanam yang berbeda yakni dengan menyeleksi ketat mulai dari pembibitan hingga menghasilkan kualitas beras yang baik.
“Artinya setiap mau tanam, kami sortir bibitnya. Jika sebelumnya kan tidak ada sortir, intinya bibitnya yang semakin bagus dan hasilnya juga semakin bagus. Selain jumlahnya bertambah kualitasnya juga semakin bagus,” katanya.
Dia menyebutkan, harga beras hitam yang sudah dikemas Rp 30 ribu per kilo, sedangkan untuk yang curah (eceran) seharga Rp 25 ribu per kilonya. Pasaran saat ini yang dominan di Denpasar.
Disinggung mengenai minat warga lokal Tabanan terhadap beras hitam, menurut Made saat ini sudah mulai meningkat.
Terlebih lagi BUMDa Dharma Santika (PDDS) milik Pemkab Tabanan juga sudah mulai melirik beras hitam dan akan segera melakukan kerjasama untuk pemasarannya.
“Kita nggak berani juga terlalu banyak stok, karena kami belum ada pasar yang pasti saat ini. Sehingga setiap kali ada pameran kami selalu ikuti untuk pemasaran produknya,” jelasnya.
Dia berharap, agar pemerintah Tabanan juga turut terlibat dalam pemasaran salah satu beras andalan yang dimiliki petani Tabanan.
Sehingga, pengembangan beras hitam akan semakin meningkat dan bisa mensejahterakan petani. (*)