Bisikan yang Keras Menyentil
Kartun Ber(b)isik. Demikian tema pameran dari enam kartunis mumpuni tanah air yang dihadirkan di Bentara Budaya Bali, Gianyar
Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, GINAYAR - Kartun Ber(b)isik.
Demikian tema pameran dari enam kartunis mumpuni tanah air yang dihadirkan di Bentara Budaya Bali, Gianyar.
Ya, meski berbisik, karya kartun mereka begitu keras menyentil.
Di antara berlembar-lembar berita di media cetak -yang disajikan dalam bentuk teks dan foto-, selalu kita temui ada satu ruang khusus untuk karya kartun.
Saat para pewarta harus bersetia dengan fakta dan data dalam menuliskan laporannya, kartunis setidaknya masih memiliki kebebasan yang lebih untuk bermain dengan imajinasi dan tokoh rekaannya.
Namun, keleluasan bersuara lewat kartun itu bisa jadi tidak selalu memudahkan, sebab ketajaman kritik mesti tetap mengedepankan kesantunan dan bertanggung jawab.

Kartunis Harian Kompas, GM Sudarta (almarhum), yang berpuluh tahun hadir lewat sosok Om Pasikom-nya mengatakan kartun yang tajam adalah yang bisa membuat tersenyum orang atau siapapun yang dikritik.
Ya, berteriak keras dalam bisikan, walau mungkin oleh sebagian telinga kadang terdengar berisik, sebagaimana dituliskan Direktur Program Bentara Budaya, Frans Sartono.
Media massa di Bali juga sempat diramaikan oleh karya kartunis I Wayan Sadha (almarhum) lewat karakter anjing bernama Sompret.
Baca: 12 Manfaat Menakjubkan Buah Pepaya yang Jarang Diketahui, Jadi Masker Jerawat hingga Antikanker
Baca: Aksi Rampok Sadis di Mendoyo, Bayi 3 Bulan Dibekap Bantal, Ibu Diancam Gergaji, Emas 20 Gram Digasak
Ia dengan keras menyuarakan kritik, baik terhadap pemerintah maupun para penguasa.
Kerap menggambarkan kehidupan rakyat jelata, karya-karya I Wayan Sadha menjadi saksi kehidupan sosial kultural Bali dari waktu ke waktu.
Semangat serupa juga kini tetap diusung oleh kartunis Bali, Jango Pramartha.
Harian Tribun Bali juga mencoba hadir lewat Ade Dogen.
Pameran kali ini, yang digelar selama 12 hari mulai Jumat (29/3/2019) hingga Selasa (9/4/2019) dan dibuka oleh Pimpinan Redaksi Tribun Bali, Sunarko, publik pun bisa menyaksikan bagaimana karya para kartunis membuat kita mengangguk sepakat akan kenyataan yang menghiasi keseharian masyarakat kini.

Pengunjung juga dibuat untuk turut memikirkan persoalan sosial dan lebih awas menghadapi kelihaian para penguasa, terlebih di tahun politik saat sebaran hoax kian meliar.