Melarat di Pulau Surga

Mengaku Keluarga Berada di Biaung-Tabanan, Luh Ariani: Bilangnya Benci Sama Saya

Sama seperti seorang wanita pada umumnya, meski fisiknya tak bisa digerakkan dengan baik, Luh Ariani tetap memasak dan meracik makanannya sendiri.

Penulis: Noviana Windri | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/Noviana Windri
Luh Ariani, wanita yang tinggal dalam sebuah rumah batu di kaki Gunung Batu, Jalan Pendakian Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Bali, Sabtu (13/4/2019). 

"Dulu juga sempat dirawat di RS Sanglah. Sampai menghabiskan uang banyak. Sekitar 4 juta 900 ribu. Kalau datang sakitnya rasanya nyut-nyut gitu. Hingga akhirnya bapak saya memanggil kakek saya yang tinggal di Kintamani untuk menjemput saya," ungkapnya.

Luh Ariani menceritakan kakek dan neneknya saat itu bekerja sebagai pencari dan penjual taru.

Namun, saat ini kakek dan neneknya sudah meninggal.

Luh Ariani juga menyebut orang tuanya berasal dari Biaung, Tabanan, Bali.

Namun, saat Tribun Bali menanyakan pernah atau tidaknya ditengok oleh keluarganya yang di Tabanan, Luh Ariani hanya menggeleng.

"Gak tau. Bilangnya benci sama saya. Pas saya sudah seperti ini. Bisa dibilang saya dibuang," pungkasnya.

Meski tinggal seorang diri dalam rumah batunya, terdapat 2 rumah batu lainnya yang tak jauh dari rumah batu milik Luh Ariani di Kaki Gunung Batur, Jalan Pendakian Gunung Batur, Kintamani, Bangli.

Luh Ariani tengah memasak daging ayam dan kentang di dalam rumah batunya, di Jalan Pendakian Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Bali, Sabtu (13/4/2019).
Luh Ariani tengah memasak daging ayam dan kentang di dalam rumah batunya, di Jalan Pendakian Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Bali, Sabtu (13/4/2019). (Tribun Bali/Noviana Windri)

Seperti diketahui sebelumnya, tiga rumah dari bebatuan yang disusun rapi tanpa semen bertengger di kaki Gunung Batur

Rumah dengan ukuran lebar sekitar 3 meter dan tinggi 1 meter ini terletak di pinggir jalan pendakian Gunung Batur, Kintamani, Bangli.

Tampilannya sangat sederhana. Rumah batu itu hanya beratap asbes, tripleks dan terpal serta berlantai tanah. 

Luh Ariani, wanita asal Tabanan yang tak ingat tanggal lahirnya, adalah salah satu di antara penghuni rumah batu di kaki Gunung Batur tersebut.

Wanita penderita folio sejak kelas 6 SD ini tinggal seorang diri di rumah batunya. Tak terlihat kasur atau perabotan layaknya di sebuah rumah pada umumnya.

Pintu rumah terbuat dari tripleks bekas dengan panjang dan lebar 1 meter.

 Rumah batu Luh Ariani memiliki 2 ruang yang dibatasi oleh kayu dan terpal. Ruang pertama di sisi kanan berfungsi sebagai dapur.

Ada satu tungku sederhana yang tersusun dari tiga buah batu. Di sana terdapat tiga buah panci, beberapa jeriken, beberapa bak plastik yang ia dapat dari pemberian orang. 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved