Ilmuwan Dunia Berhasil Hidupkan Otak Babi yang Sudah Mati, Apa Artinya bagi Manusia?

Riset yang dipublikasikan di jurnal Nature ini berhasil mengembalikan beberapa fungsi dari otak babi yang telah mati selama

Editor: DionDBPutra
Stefano G. Daniele & Zvonimir Vrselja
Perbandingan sel otak babi mati yang menjadi subjek studi. Gambar bagian kiri menunjukkan sel mati, yang terdiri dari neuron (hijau), astrocytes (merah), dan nukleus sel (biru) setelah 10 jam. Gambar kanan menunjukkan sel yang dirawat oleh BrainEx. 

TRIBUN-BALI.COM – Mungkinkah kita membangkitkan makhluk hidup yang sudah mati, seperti pada kisah fiksi ilmiah Frankenstein karya novelis Mary Shelley?

Mungkin riset terbaru yang dilakukan oleh tim dari Yale School of Medicine ini dapat membuka kemungkinan akan skenario tersebut.

Riset yang dipublikasikan di jurnal Nature ini berhasil mengembalikan beberapa fungsi dari otak babi yang telah mati selama empat jam dengan menggunakan sistem perfusi buatan yang disebut BrainEx.

Baca: Begini Reaksi Ketua KPU Bali Saat Disebut Kecolongan Terkait Ketua KPPS Rusak Surat Suara

Baca: UPDATE Kebakaran Bandara I Gusti Ngurah Rai, 4 Pos Pemadam Dikerahkan, Sumber Api Masih Didalami

Baca: Ramalan Zodiak Jumat 19 April 2019, Capricorn Jangan Lewatkan Kesempatan Emas, Gemini Butuh Bergaul

Sistem BrainEx terdiri dari rangkaian instrumen berupa pompa, penghangat, dan filter yang mengatur aliran, suhu, dan kondisi lain yang memungkinkan kerja otak secara normal. Sistem ini terhubung dengan komputer sehingga dapat bekerja otomatis.

Selama durasi enam jam, BrainEx menirukan kerja pacu jantung. Sistem ini memungkinkan mengalirnya cairan mirip darah untuk dapat memenuhi otak babi tersebut.

Aliran cairan ini berperan dalam kembalinya beberapa fungsi pembuluh darah dan memicu rangkaian reaksi kimia pada beberapa area otak yang bertanggungjawab untuk bertahan hidup.

Beberapa sel neuron bahkan secara aktif merespons pemberian obat, dan menunjukkan aktivitas listrik, yang sebelumnya dianggap mustahil pada sel mati.

Namun, tidak satu pun dari 32 otak babi yang dijadikan subjek penelitian menunjukkan aktivitas listrik yang diasosiasikan dengan kesadaran.

Riset ini semula bertujuan untuk menentukan apakah sistem sirkulasi di otak yang kekurangan oksigen selama lebih dari beberapa menit (sesuai pengertian mati otak) dapat bertahan dan kembali bekerja secara normal.

Temuan ini mengungkap bahwa otak memiliki kemampuan restorasi yang lebih baik dari perkiraan selama ini.

“Studi ini menantang asumsi yang selama ini beredar, bahwa otak mamalia akan mengalami kerusakan yang permanen beberapa menit setelah darah berhenti mengalir. Ini juga dapat memunculkan kemungkinan bahwa kita dapat menyelamatkan otak seseorang bahkan setelah jantung dan paru-paru berhenti bekerja”, jelas Stuart Youngner dan Insoo Hyun, pakar neurosains yang menulis komentar pendamping di jurnal Nature.

Penemuan bahwa otak masih mampu bertahan hidup setelah “mati” selama berjam-jam membuka dilema etika yang perlu kita pertimbangkan.

Pada sebagian besar negara, seseorang dapat dinyatakan meninggal jika menunjukkan tanda hilangnya fungsi otak (brain death), atau lenyapnya fungsi sirkulasi (circulatory death).

Jika sistem BrainEx dapat berfungsi optimal, maka batasan ini dapat diatur ulang.
Teknologi ini diharapkan dapat membantu pasien yang menderita stroke atau serangan jantung dalam waktu dekat.

“Atau lebih fundamental lagi, kita dapat menyelami pertanyaan klasik mengenai apa yang membuat hewan, atau manusia 'hidup'”, demikian Youngner dan Hyun.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ilmuwan Hidupkan Otak Babi yang Sudah Mati, Ini Artinya bagi Kita

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved