Rakerda ke-2 DPD IHGMA Bali Tingkatkan Soft Skill Pelaku Pariwisata di Era Digitalisasi Industri 4.0

DPD IHGMA Bali senantiasa concern pada keberadaan asosiasi sebagai pertanggungjawaban secara internal bagi anggota dan pihak luar

Penulis: Rino Gale | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Rino Gale
Rakerda ke-2 DPD IHGMA Bali. Pembukaan Seminar bertema Unveiling The Industry 4.0 Impact and Challenges for Hospitality Industry di Aston Hotel Kuta, Sabtu (20/4/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Rino Gale

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Sebagai asosiasi profesi para pimpinan perhotelan di Indonesia, Dewan Pengurus Daerah Indonesia Hotel General Manager Association (DPD IHGMA) Bali senantiasa concern pada keberadaan asosiasi sebagai pertanggungjawaban secara internal bagi anggota dan juga eksternal bagi masyarakat, industri dan pemerintah.

Sabtu (20/4/2019), sehubungan dengan hal tersebut, bertempat di Aston Hotel Kuta, maka diselenggarakan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) ke-2 tahun 2019 yang dirangkaikan dengan peringatan ulang tahun ke-3 IHGMA, yang dikukuhkan secara nasional dan diresmikan pada 20 April 2016 lalu di Bali.

Rakerda ke-2 ini dihadiri oleh Dewan Penasehat DPP, Waketum OPP, Sekjen DPP, para undangan dari pemerintah, asosiasi, lembaga pendidikan
kepariwisataan serta anggota DPD IHGMA Bali yang berjumlah 118 orang.

Ketua Panitia penyelenggara Rakerda ke-2 tahun 2019, Fransiska Handoko, CHA, CHIA menyampaikan, tema Rakerda ke-2 tahun ini diambil dengan pertimbangan fenomena revolusi industri 4.0 yakni Unveiling The Industry 4.0 Impact and Challenges for Hospitality Industry.

"Sesuai instruksi pengurus DPD IHGMA Bali periode 2016-2020, tahun ketiga ini fokus asosiasi adalah pada peningkatan kualitas anggota dalam menghadapi tantangan teknologi digital. Rakerda akan dibagi menjadi lima sub acara dalam sehari meliputi laporan pertanggungjawaban kepengurusan tahun 2018/2019, sidang komisi untuk masing-masing bidang. Sidang paripurna untuk penyampaian rencana program kerja 2019/2020, seminar dan presentasi dari hotel partner terkait product knowledge development para GM. Demikan disampaikan wanita yang akrab dipanggil Fransiska lulusan dari Blue Mountains International Hotel Management School Australia dan sehari-harinya bekerja sebagai General Manager pada Risata Bali Resort & Spa, Tuban Kuta," ujarnya.

Baca: 64 SSB Se-Bali Ikut Turnamen Mitra Devata Cup I

Baca: Persiapan Pande Made Iron Digjaya Menghadapi Kejurnas Renang 2019

"Tim panitia rakerda tahun ini adalah para wanita semua sehubungan juga suasana Hari Kartini yang jatuh pada keesokan harinya tanggal 21 April 2019, dan dengan bangga Fransiska memperkenalkan timnya yang dijuluki Kartini Millenials," tambahnya.

Sementara itu, Ketua DPD IHGMA Bali, Nyoman Astama, SE CHA menambahkan, DPD IHGMA Bali cukup banyak berperan secara aktif sejak dikukuhkan pada 2016 lalu.

Setiap tahun pengurus mengambil fokus kegiatan yang terstruktur sehingga diharapkan dapat mengeskalasi keberadaan asosiasi kedepannya.

Astama mengungkapkan, tahun 2016 lalu setelah dibentuk, pihaknya fokus pada konsolidasi anggota dan memastikan positioning asosiasi.

Selanjutnya di tahun 2017, fokus untuk merangkul asosiasi dan stakeholder lainnya untuk bersinergi dan meningkatkan soliditas para pelaku pariwisata, di antaranya dalam bentuk kegiatan sosial dan CSR.

Baca: Tidak Cedera, Fahmi Al Ayyubi Tetap Dipastikan Absen Lawan Persija, Tecco Ungkap Alasannya

Baca: Jelang Lawan Persija, Teco Putuskan Tidak Ada Lagi Uji Coba bagi Bali United

Di tahun 2018 ia mulai meluncurkan program skill development termasuk pelatihan dan sertifikasi para GM anggota IHGMA untuk mendapatkan pengakuan keahlian bidang perhotelan dan BNSP RI.

"Nah kalau tahun 2019 ini, kami mencoba untuk menggali secara holistic permasalahan-permasalahan anggota di era digitalisasi industri 4.0 yang didominasi akibat kemajuan teknologi sehingga peningkatan soft skills para angola dirasakan semakin urgent di tengah persaingan yang multidimensi dan agres ini," jelasnya.

Seminar ini dibawakan oleh keynote speaker K. Swabawa, CHA, Director of Operations Global Hospitality Expert (GHE) dengan pemaparan beberapa keypoint terkait digitalisasi dan tantangan yang terjadi berikut alternatif solusi yang harus diperhatikan oleh pimpinan hotel.

Fenomena disrupsi dan kemajuan sistem robotic software harus dapat dikombinaskan dengan baik agar pelayanan prima secara berkepribadian (human personalize service) sebagai core business dunia perhotelan senantiasa dapat ditampilkan sesuai adaptasi kema peradaban manusia.

"Industri lainnya bisa menerapkan 75%-90% adalah sistem mbatic sementara di dunia perhotelan tentunya tidak dapat diasumsikan seperti demikian
kalaupun ada itu sifatnya adalah thematic concept yang memiliki market segment tertent GM membutuhkan wawasan yang luas dalam menyikapi fenomena ini," ujarnya.(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved