Harga Anjlok dan Minim Orderan, Penenun Kain Rangrang di Nusa Penida Berkurang
Terkadang hasil penjulan tidak menutupi biaya produksi, hal inilah yang membuat para penenun hanya melakukan aktivitas menenunnya saat ada order
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Banjar Anta juga dikenal sebagai lokasi berkembangnya tenun kain rangrang khas Nusa Penida, Klungkung.
Dari lokasi ini, kain rangrang lalu berkembang hingga ke desa lainnya di Nusa Penida, seperti di Desa Pejukutan.
Tahun 2012 lalu, hampir setiap KK di Banjar Anta mengais rejeki dengan menenun kain rangrang hingga jumlah penenun bisa sampai ratusan.
Namun, saat ini order kain rangrang ke Nusa Penida semakin sepi dan harganya anjlok.

Kondisi ini diperparah dengan tingginya harga bahan baku, sehingga terkadang hasil penjulan tidak menutupi biaya produksi.
Hal ini membuat para penenun hanya melakukan aktivitas menenunnya saat ada order.
Sentra-sentra usaha penenunan kain rangrang di Nusa Penida satu per satu juga terpaksa harus gulung tikar.
"Saat ini jumlah perajin yang masih aktif sekitar 25 orang. Kami kesulitan mencari bahan baku pewarna alami sebagai bahan baku kain rangrang," ujar penenun rang-rang asal Desa Tanglad, Nusa Penida, Ngurah Hendrawan.
Perbekel Desa Tanglad, Wayan Bangsa menjelaskan, di wilayah Banjar Anta, Desa Tanglad terdapat 37 KK.
Dari jumlah tersebut, sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai petani dan beternak. (*)