Drone Intai Global Hawk Senilai Rp 1,5 T Ditembak Jatuh, Amerika Berang & Nyaris Picu Serang Iran

Jatuhnya drone pengintai RQ-4A Global Hawk nyaris memicu perang, setelah Presiden AS Donald Trump mengizinkan militernya untuk menyerang Iran, meski

Editor: Ady Sucipto
Wikipedia
Drone canggih milik militer AS, Global Hawk sempat memicu situasi memanas di kawasan Timur Tengah, setelah drone tersebut ditembak jatuh Iran. 

TRIBUN-BALI.COM, WASHINGTON - Kawasan Timur Tengah kembali memanas, setelah sebuah drone mata-mata milik militer Amerika Serikat (AS) ditembak jatuh Iran ketika menjalankan misi surveilence di wilayah selat Hormuz. 

Jatuhnya drone pengintai RQ-4A Global Hawk nyaris memicu perang, setelah Presiden AS Donald Trump mengizinkan militernya untuk menyerang Iran, meski akhirnya dibatalkan. 

Lalu bagaimana drone super canggih Global Hawk milik militer AS bisa jatuh ditembak Iran? Berikut ulasannya. 

Melansir dari laman Kompas.com, Iran mengumumkan telah menembak jatuh sebuah drone mata-mata milik AS, pada Kamis (20/6/2019) pekan lalu, karena dianggap telah memasuki wilayah udaranya tanpa izin.

Insiden itu nyaris memicu perang antara AS dengan Iran, setelah Presiden Trump memberikan izin serangan terhadap Teheran, sebelum kemudian membatalkannya.

"Itu adalah serangan tanpa alasan terhadap aset pengawasan AS di wilayah udara internasional," kata Kapten Angkatan Laut, Bill Urban, juru bicara Komando Pusat AS, dalam sebuah pernyataan.

Urban mengidentifikasi drone pengintai tersebut sebagai RQ-4A Global Hawk, yang tengah terbang di wilayah udara internasional di atas Selat Hormuz.

Namun seperti apa drone yang ditembak jatuh Iran itu, sehingga membuat AS nyaris membalas dengan serangan mematikan ke Iran?

Dilansir CNN, Global Hawks pertama kali diterbangkan AS pada 2001 dan telah digunakan dalam misi di Irak, Afghanistan, Afrika Utara, dan kawasan Asia Pasifik.

Drone tersebut digunakan dalam misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR) dan memberi data atas wilayah laut dan pesisir yang luas secara real-time.

"Pesawat itu dirancang untuk mengumpulkan citra hampir secara real-time dari area yang luas dalam segala cuaca, baik siang maupun malam," kata perusahaan pertahanan dan kedirgantaraan Northrop Grumman, yang mengembangkan drone ini.

Berbeda dengan drone MQ-1 Predator dan MQ-9 Reaper yang difungsikan sebagai drone serang dengan kemampuan peluncuran roket, Global Hawk tidak dilengkapi senjata dan hanya digunakan sebagai pengumpul informasi.

Dari sisi harga, Global Hawk juga jauh lebih mahal dibandingkan Predator atau Reaper.

Menurut informasi yang diperoleh CNN, sebuah drone RQ-4A bernilai 110 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun.

Drone tersebut telah digunakan sebagai dasar untuk pengembangan drone generasi berikutnya, seperti RQ-4B yang lebih besar, atau MQ-4C Triton, yang merupakan hasil evolusi dari keluarga RQ-4.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved