PPDB Denpasar 2019 - SMKN 1 Tolak Pendaftar Bila Bertato dan Bertindik, Bisa Langsung Diskualifikasi
Selain pelarangan tersebut, khusus untuk bidang teknik ada persyaratan lainnya yakni terdapat aturan wajib tidak mengalami buta warna.
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - SMKN 1 Denpasar mensyaratkan adanya tes fisik bagi siswa dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2019.
Jika dalam tubuh pendaftar terbukti ada tato maupun tindik otomatis langsung didiskualifikasi.
Kepala SMKN 1 Denpasar, I Ketut Suparsa menjelaskan adanya persyaratan khusus bagi pendaftar tidak boleh bertato dan bertindik dengan alasan kedepan bila siswa mendapat kesempatan yang baik berupa beasiswa atau bekerja di tempat yang baik pasti ditolak jika dalam tubuhnya terdapat tato atau tindik.
Selain pelarangan tersebut, khusus untuk bidang teknik ada persyaratan lainnya yakni terdapat aturan wajib tidak mengalami buta warna.
“Misalnya elektronika. Kita tahu kabel-kabel itu jumlahnya ratusan. Warnanya tipis-tipis, kalau itu buta warna tidak bisa lihat. Teknik hampir semua (wajib tidak buta warna),” terang Suparsa saat ditemui Jumat (29/6/2019).
Pada PPDB tahun ini, SMKN 1 Denpasar menerima siswa sebanyak 22 kelas atau 792 siswa.
Dari jumlah tersebut terbagi dalam 11 kompetensi yang diajarkan oleh 190 orang guru.
Ia menyampaikan permasalahan di SMKN 1 Denpasar adalah keterbatasan sumber daya guru, khususnya pada kompetensi teknik listrik, padahal animo masyarakat yang ingin masuk pada jurusan tersebut sangat tinggi dan kebutuhannya juga banyak.
Selain itu, yang menjadi jurusan favorit lainnya adalah bidang Teknologi Informasi (TI), teknik otomotif, dan teknik bangunan. Sedangkan yang kurang peminat adalah jurusan mesin, teknik pendingin dan audio video.
“Semua tau Teknik pendingin bagus, tapi siapa mau masuk. Masyarakat harus diedukasi. Kita sudah ke SMP-SMP. Biasanya mereka mebriuk siu (kemana temannya, mereka ikut),” ujarnya.
Sambungnya, sama halnya dengan konstruksi batu dan beton.
Siswa berpikiran akan menjadi tukang dan buruh sehingga dikawatirkan pendapatannya nanti minor.
“Padahal sebenarnya nanti dia bisa menghitung bahan dan jadwal kapan pekerjaan selesai, dan bisa menjadi pemborong,” tutur Suparsa.
Nampak proses PPDB di SMKN 1 Denpasar dibantu oleh OSIS, namun tetap didampingi oleh para guru yang juga panitia PPDB.
Untuk input data, panitia menggunakan 8 operator.