Tote Bag hingga Waist Bag Kekinian dari Baliho Bekas, Produk "Sampah" Karya Putu Joka
Putu Joka Andika yang sejak tahun lalu mendaur ulang sampah menjadi barang bernilai ekonomis
Penulis: Karsiani Putri | Editor: Irma Budiarti
Tote Bag hingga Waist Bag Kekinian dari Baliho Bekas, Produk "Sampah" Karya Putu Joka
Laporan Wartawan Tribun Bali, Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Semenjak dikeluarkannya Pergub 97 Tahun 2018 yang membahas mengenai pengurangan penggunaan kantong plastik sekali pakai, masyarakat semakin gencar mengurangi penggunaan plastik, bahkan tak jarang beberapa orang mendaur ulang sampah menjadi barang berguna dan bernilai ekonomis.
Seperti yang dilakukan Putu Joka Andika yang sejak tahun lalu mendaur ulang sampah menjadi barang bernilai ekonomis.
Menggunakan banner, spanduk, baliho, backdrop bekas, pria asal Kota Denpasar ini mengubah semua bahan bekas tadi menjadi beragam tas seperti tote bag, clutch bag, waist bag yang saat ini tengah digemari kaum milenial.
Putu Joka Andika menuturkan, awal mula usaha tas recycle ini dimulai sejak dirinya bergabung dengan komunitas–komunitas peduli lingkungan, termasuk komunitas peduli sampah plastik yang sering melakukan kampanye membuang sampah pada tempatnya.
Baca: Berbagai Upaya Dilakukan BBNP Bali Dalam Memerangi Narkoba: Sampai Berbusa Kami Sosialisasi!
Baca: BBNP Bali Siapkan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat untuk Pengguna Narkoba, Masuk Program Tahun 2020
"Dari sana saya mulai berpikir untuk melakukan tindakan yang lebih nyata untuk menjaga lingkungan dari sampah terutama sampah plastik. Saya juga banyak menjumpai baliho ataupun spanduk tidak terpakai, baik spanduk kampanye, spanduk event acara, spanduk caleg, spanduk promosi usaha yang setelah dipakai pasti akan langsung dibuang ke tempat sampah. Hal ini tentu saja menambah beban bumi, seperti kita ketahui plastik tidak mudah diurai oleh alam biarpun jika terurai plastik itu akan menjadi micro plastik yang justru akan lebih berbahaya bagi lingkungan," jelasnya.

Dari sanalah terbersit ide Putu Joka Andika untuk mengubah spanduk bekas tersebut menjadi tas.
Menurutnya, tas merupakan kebutuhan masyarakat, tidak hanya untuk membawa barang tapi juga untuk fashion.
"Daripada baliho-baliho tersebut habis dipakai tidak ada gunanya dan akhirnya menghuni TPA. Apalagi baliho itu berbahan dari plastik atau pvc sehingga tidak bisa atau lama diurai oleh alam," ucap Putu Joka Andika pada Minggu (30/6/2019).
Baca: Welcome Bali United! Jan Saragih Siap Antisipasi Permainan Agresif Ala Coach Teco
Baca: Laga Away ke Lampung Jadi Momen Nostalgia Coach Teco dengan Sang Asisten Pelatih
Memiliki beberapa teman yang juga seorang entrepreneur yaitu penjahit tas, Putu Joka Andika pun mulai menjalin kerja sama.
Ia mulai mengumpulkan banner, spanduk, baliho, backdrop tidak terpakai dari teman–temannya, kemudian membuat desain tasnya sendiri.
Nantinya bahan baku dan desain dibawa ke penjahit.

“Jadi modalnya cuma percaya, dia (penjahit, red) kasi saya dulu bawa hasil tasnya. Nanti dari hasil penjualan, barulah saya bayar jasa menjahitnya,” tuturnya.
Menurut Putu Joka Andika, untuk memulai sebuah usaha, tidak memerlukan modal yang besar, apalagi untuk menjadi social entrepreneurship, yang dibutuhkan hanya kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan sosial.
Baca: Tim Definitif Sudah Terbentuk, Begini Persiapan Tim Tenis Meja Buleleng Menghadapi Porprov Bali 2019
Baca: Ingin Terus Berkontribusi untuk Pembangunan Bali, Urun Rembug dan Halal Bihalal ICMI Bali