Sarbagi Region
Gunakan Bahan Pakaian dari Kertas Berserat
Desain Pakaian Bertemakan Kerapuhan Perempuan
Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Rizki Laelani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kerapuhan seorang perempuan ternyata menjadi inspirasi bagi desainer muda Asmara Dwiba.
Sebagai karya untuk ujian di kampus, ia menggambarkan bagaimana rapuhnya para kaum hawa.
"Karya saya memang lebih banyak feminim. Saya rasa ketidakberdayaan perempuan itu indah. Setiap perempuan pasti pernah merasa sedih. Jadi saya kira menarik untuk mengangkatnya," katanya.
Ia menunjukkan sejumlah gambar yang merealisasikan konsepnya itu. Dalam sebuah portfolio, terdapat beberapa perempuan mengenakan pakaian yang tidak dipasang dengan kuat, seakan apabila disentuh, akan langsung remuk.
"Jadi untuk menggambarkannya, bahan pakaian dibuat dari kertas-kertas berserat, tapi masih seperti kain," terang Asa. Wajah-wajah para model pun begitu datar, tanpa ekspresi.
Begitu juga dengan gambar lainnya, semuanya dibuat seolah-olah begitu mudah rapuh. Potongan-potongan gambar yang kemudian digabungkan itu ia dapatkan dari internet.
Dari sekian banyak gambar yang dikumpulkan, ia membuat rancangan baru yang lebih harmonis dan memberi nilai lain sesuai selera seninya.
Selain itu, ia juga sempat membuat konsep pakaian bervolume, transparan, unconventional perspective, join perception yang memadukan dua hal berbeda, namun tampak selaras.
"Panjang pendek digabungkan, yang asimetris dibuat seperti berlapis-lapis, overlapping. Ya, asal jangan sampai jomplang aja," terangnya.
Ide-ide itu diperoleh Asa berdasarkan pengalaman pribadinya, serta sebagai respon terhadap lingkungan sekitar. Di samping itu, ia mengaku juga banyak mencari referensi di internet.
"Kalau di kampus memang dibebaskan mau ambil apa saja. Kadang saya diskusi juga dengan ibu," kata Asa yang kadang suka membuat sendiri baju-baju yang dipakainya.
Menurutnya, inspirasi muncul saat ia bekerja di malam hari, sambil mendengarkan musik jazz. Hal itu dipandangnya dapat memancing stimulus.
Asa mengakui, dalam prakteknya, kadang sketsa yang ia buat tidak seindah ketika sudah dituangkan dalam baju, sehingga selalu ada improvisasi dari ide awal.
"Kadang kalau sudah dipasang di patung tampak lebih bagus daripada di gambar," papar Asa yang pernah membuat jas perempuan hanya dalam waktu satu Minggu.
Gadis yang juga punya hobi menyanyi dan bersepeda itu, mengatakan untuk sementara waktu memang tidak mengangkat khas Bali, semisal menggunakan endek atau batik.