GRIYA STYLE
Belum Lengkap Tanpa Jineng
Kekayaan bangunan khas Bali
Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Rizki Laelani
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Jineng atau lumbung padi, adalah satu bangunan tradisional Bali yang pada umumnya berfungsi sebagai lumbung tempat penyimpanan padi, palawija atau hasil panen lainnya.
Bentuknya yang unik, belakangan jineng ini mulai populer dialihfungsikan sebagai tambahan ruang tidur atau untuk tempat bersantai bersama keluarga dan para sahabat atau kerabat lainnya.
Jineng yang dimodifikasi dan ditempatkan di halaman rumah juga dapat menjadi element taman tropis bergaya Bali yang sangat menarik.
Sastrawan, I Wayan Suarna (56) di kediamannya di kawasan Kuta Utara mengatakan rumah adat khas Bali dirasa belum lengkap apabila belum dibangun sebuah jineng.
Meskipun kenyataannya fungsi jineng tidaklah lagi sebagai tempat menyimpan padi, tapi Suarna merasa tetap perlu membangunnya agar lebih lengkap sebagai rumah adat Bali.
"Sekarang untuk pelengkap saja, sebagai simbolis. Karena sudah tidak ada lagi yang bekerja di pertanian, jadi ya, bagian atasnya dikosongkan saja," jelas Suarna.
Atap jineng tidaklah menggunakan alang-alang sebagaimana umumnya, tapi dibuat dari genting merah bata. "Sekarang agak sulit mencari alang-alang. Kami pakai genting saja," tuturnya.
Pada bagian atas pintu, dipasang sebuah kain bertuliskan aksara Bali yang dipercaya bisa memancarkan aura positif.
Di samping itu, karena upacara pembangunan jineng baru dilakukan dalam waktu dua hari terakhir, masih terlihat bagian pilarnya dibalut dengan kain prada.
Sementara, bagian ujung jineng dihiasi dengan gegantungan. Meskipun dianggap sebagai pelengkap, tapi bagian bawah jineng bisa untuk tempat berkumpul keluarga.
Saat ditemuin Suarna bersama anaknya Handi dan menantunya Putri, sedang menikmati sarapan di jineng itu. "Di sini juga dapat udara segar," tambahnya.
Proses pembuatan jineng tidaklah terlalu lama, memakan waktu sekitar 15 hari pengerjaan intensif. Agar terlindung dari sengatan sinar matahari, pada bagian sisi tertentu dipasang tirai kayu, khususnya yang berbahan kayu bingkrai.
"Kayu bingkrai sangat kuat, bisa tahan air dan panas, sehingga jineng ini tidak cepat rusak dan lapuk," ungkap Suarna. (*)