Smart Women

Putu Ayu Astiti Saraswati Kedepankan Sentuhan Personal

Dulu sempat membayangkan karir saya seputar capital market, main saham, dan segala seluk-beluknya

Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Agung Yulianto

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Ketut Sudiani

SETELAH lebih dari 30 tahun hidup di Jakarta, Putu Ayu Astiti Saraswati akhirnya memilih kembali ke Bali. Namun dia tidak pernah membayangkan, saat ini memimpin empat perusahaan yang tergabung dalam Toya Group.

Meskipun berasal dari keturunan darah Bali, perempuan berusia 35 tahun ini pun harus beradaptasi berada di Pulau Dewata. Apalagi alumnus Monash University, Melbourne, Australia ini memimpin perusahaan besar.

Di awal memimpin pada empat tahun lalu, berbagai cobaan dan rintangan terus menghadang perempuan yang biasa disapa Ayu ini. Namun bersama rekannya yang bernama Edo Rahardian sebagai corporate director, operation and bizdev, Ayu tetap mengembangkan perusahaan, terutama kualitas sumber daya manusianya.

“Suasana kerja di Jakarta dan Bali sungguh berbeda. Saya cukup lama bekerja di HSBC, bisa dibayangkan bagaimana sistem di sana,” ujar Ayu saat ditemui Tribun Bali di kantornya, di Jalan Sekar Tunjung, Denpasar, Selasa (2/8/2014).

Menurut Ayu, ketika memimpin para pegawainya di Bali, dia harus menggunakan pendekatan lain. Yaitu lebih mengedepankan personal touch. Cara kerja yang biasa dia terapkan di Jakarta, ternyata tidak berlaku di Bali.

“Setidaknya saya perlu waktu tiga tahun untuk membangun semua, karena dua perusahaan awalnya adalah usaha keluarga. Namun kami ingin membuatnya menjadi perusahaan profesional,” jelasnya.

Toya Group menaungi Toya Devasya, The Ayu Kintamani, The Volcania, dan Toya Yatra. Semua bisnis itu bergerak dalam bidang pariwisata.

Perempuan yang sempat menempuh studi akunting di Tarumanegara itu mengaku sempat juga stres mengurus semua perusahaan itu. Ayu tidak hanya memastikan laju jalannya keuangan, tapi dia harus memperhatikan hal-hal kecil lainnya, seperti kebersihan kebun. Baginya, 24 jam terasa kurang, dan terlalu banyak hal yang mesti ditanganinya.

“Saya sempat berpikir, sekolah S2 jauh-jauh, ternyata harus mengurus hal-hal seperti itu. Pernah saya sampai konsultasi dengan HRD di HSBC. Katanya memang ya tidak bisa disamakan,” katanya sembari tertawa.

Ayu dan Edo berusaha untuk memberikan sentuhan personal ke semua pegawainya tanpa terkecuali. Mereka rutin mengajak para staf untuk melakukan tirta yatra bersama.

Bagi Ayu, mulanya tidak hanya mengubah pola pikir pegawainya yang terbilang susah, ternyata hal yang sama juga terjadi pada dirinya sendiri. Dia mengaku terus terang kesulitan untuk membentuk mindset-nya dari seseorang yang tertarik dengan finance, kemudian harus terjun memimpin langsung perusahaan, bahkan ada yang dimulainya dari nol.

“Dulu sempat membayangkan karir saya seputar capital market, main saham, dan segala seluk-beluknya. Saya sama sekali tidak memiliki latar entrepreneur. Tapi kini kenyataannya berbeda,” katanya.

Sejak kehadirannya, beberapa perusahaan yang dipimpinnya mengalami kemajuan yang cukup pesat. Beberapa di antaranya meningkatnya jumlah hunian di The Ayu Kintamani Villa hingga 30 persen.

Jumlah kunjungan wisatawan ke Toya Devasya Natural Hot Spring Camping Resort pun bertambah 20 persen dari sebelumnya.
“Perempuan sekarang sudah mulai memegang posisi penting dan turut ambil andil. Tanpa perlu meninggalkan peran sebagai Ibu dan kewajiban di masyarakat, perempuan bisa mandiri dan sukses,” ujarnya. (sud)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved