GRIYA STYLE
Tak Perlu Konsep Khusus
Satu kelapa tua sebesar bola futsal, apabila bagian sisinya dikupas, dan digantung dapat memberi sentuhan berbeda
Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Rizki Laelani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Batok kelapa apabila diolah kembali, dapat dimanfaatkan untuk mempercantik rumah.
I Made Gede Arnawa, yang juga seorang pelukis, menyadari hal itu. Sehingga ia membuat berbagai bentuk hiasan yang menggunakan bahan dasar batok kelapa.
"Saya pada intinya suka bereksplorasi dengan ide-ide. Tidak ada konsep yang khusus. Karena saya seorang seniman, jadi apa saya yang menurut saya punya daya seni, yah saya pakai saja. Bebas pokoknya," ucap Arnawa.
Satu kelapa tua sebesar bola futsal, apabila bagian sisinya dikupas, dan digantung dapat memberi sentuhan berbeda pada sebuah rumah.
Selain itu, bisa juga batok kelapa yang sudah dihaluskan bagian dalamnya, diberi lubang pada satu sisi dan diikat.
Hiasan itu kemudian digantungkan berjejeran sehingga bisa memberi kesan seperti tirai. Batok kelapa dapat juga disambung dengan kayu, mirip seperti alat pengambil air.
Dan semua batok kelapa yang diolahnya itu dapat ditemukan di sejumlah pasar di Ubud.
Ada banyak penjual yang juga menggunakan bahan batok kelapa untuk hiasan. Masyarakat setempat mulai banyak menggunakan bahan itu sebagai dekorasi dan hiasan rumah.
Bahan-bahan dekorasi rumah itu dikumpulkan sedikit demi sedikit. Selain itu, posisi dan tata letaknya pun bisa diubah setiap saat sesuai dengan selera.
"Seni itu kan bisa berubah setiap saat. Kemarin saja menyusunannya beda. Sekarang saya ganti lagi. Bisa sampai setiap hari diubah-ubah posisinya," tutur Arnawa.
Saat menata hiasan rumahnya, ia mengaku tidak pernah terlalu kaku. Bisa dilakukan pembenahan setiap saat.
Sebagai warga Ubud yang sebelumnya sempat merasakan kehidupan tradisional, baginya penting untuk tetap menghadirkan nuansa masa lalu atau kesederhaan pada sebuah rumah.
"Ubud banyak memberi inspirasi, alam dan seni budayanya," ucapnya. (*)