Pecinta Sepeda Ceper Low Rider Bali: Nikahpun Tetap Kendarai Lowrider
Sampai kami menikah pun akan tetap mengendarai lowrider, dan meneruskan sepeda kami kepada anak cucu,
Penulis: Putu Candra | Editor: Iman Suryanto
Kreativitas memang tak akan pernah mati, begitu pula dengan perkembangan kreativitas anak-anak muda Denpasar. Termasuk pula pecinta sepeda unik, lowrider, yang penuh dengan ide-ide kreatif.
LOWRIDER atau kendaraan ceper merupakan sepeda hasil modifikasi. Saban minggu pagi, kelompok remaja dengan sepeda-sepeda lowrider terlihat lalu lalang di seputaran Lapangan Renon. Istilah lowrider muncul sebab pengendara sepeda ini duduk di sadel yang lebih rendah dibanding sepeda lain alias ceper.
Sedangkan bentuknya terserah si pemilik, mau dimodifikasi seperti apa. Secara umum sepeda lowrider punya bentuk melengkung yang biasa disebut busur atau rainbow pada bagian tengah sasisnya. Terus ada juga yang disebut sepeda cewek ditandai dengan bentuk sasisnya landai melengkung ke bawah.
Di Denpasar komunitas lowrider banyak bermunculan, satu di antaranya adalah komunitas Low Rider Bali (Lowli). Komunitas ini terbentuk 1 Januari 2009. Awalnya, komunitas ini terbentuk dari kumpul bareng sesama penggemar sepeda lowrider.
“Kami tahu sepeda lowrider dari acara musik di televisi yang dibawa oleh band Amerika Good Charllote, ternyata sepeda yang dipakai penampilannya unik dan klasik untuk bergaya. Akhirnya, kami memiliki inisiatif untuk membuatnya. Apa salahnya kami untuk membuat dan memopulerkannya di Bali,” jelas Aris Sugiantara, anggota dari Lowli.
Karena kesamaan hobi itulah, akhirnya mereka sepakat serta berkeinginan untuk membentuk komunitas lowrider. Semakin lama komunitas ini semakin banyak pengikutnya, hingga kini jumlah anggota yang tergabung lebih dari 100 orang. Biasanya mereka selalu berkumpul dan bersepeda di kawasan Renon di setiap Minggu pagi.
“Minggu pagi adalah jadwal rutin kami buat ngumpul, jalan-jalan, mencari kesenangan dan menyalurkan hobi. Biasanya kami rolling mengitari jalan-jalan seputaran Renon. Disamping itu juga keberadaan Lowli adalah ikut berpartisipasi untuk penyelamatan bumi dari dampak global warming,” ucap pria yang akrab sapa Aris Dudu ini.
Sepeda lowrider itu ada tiga macam, yaitu yang classic dengan bodi yang agak standar. Lalu, ada bodi panjang atau disebut limousine, dan ada bodi pendek atau disebut cruiser. Ketiga jenis sepeda itu bisa digolongkan sebagai sepeda lowrider apabila memiliki ciri khas yang sama, yakni bodi frame sepeda yang dipenuhi unsur lengkungan atau biasa disebut rainbow frame. Selain itu, sepeda pun juga harus tampil seceper mungkin.
Setiap anggota lowrider akan memiliki kebanggaan dan mendapat apresiasi dari anggota lainnya manakala sepedanya merupakan hasil kostum dan memiliki bentuk unik, serta ekstrem. Spare part-nya pun langsung di pesan dari Jawa.
"Di kalangan lowrider yang penting adalah ide apa yang kami tuangkan dalam tunggangan kita. Kalau hasil kreasi sendiri akan makin terlihat original dan limited edition. Harga sepeda jenis ini memang tidak mengeluarkan biaya yang sedikit, mulai dari harga Rp 2,5 juta hingga Rp 8 juta,” cetusnya.
Bukan hanya bersepeda ria, namun berbagai kegiatan berbau lingkungan, sosial dan even pun diikuti oleh komunitas Lowli. Bahkan mereka mampu mengukir prestasi dengan hasil kreatifitasnya seperti mengikuti kontes lowrider di Tabanan dengan meraih juara 1, 2, 3. Kontes Denpasar Junction merebut juara 1 dan 3. Kontes event NK 13 juara 1, 2, dan 3.
“Sesuai dengan visi dan misi Lowli yaitu mengurangi dampak global worming, kita mengikuti acara-acara seperti Go Green, World Silent Day, juga Bersih Pantai di Kuta, serta ikut dalam penyumbangan donor darah,” ungkap Aris.
Pria kelahiran Denpasar, 22 Maret 1990 ini memaparkan, untuk menjadi anggota Lowli harus mempunyai kesamaan hobi dan tentunya memiliki sepeda lowrider. Dengan keberadaan komunitas ini mereka berharap fenomena tren bersepeda yang terus berkembang tidak mempengaruhi kecintaan mereka tehadap sepeda lowrider.
“Harapan kami juga kepada komunitas lowrider lainnya mampu mempertahankan eksisnya sepeda lowrider. Sampai kami menikah pun akan tetap mengendarai lowrider, dan meneruskan sepeda kami kepada anak cucu,” tandas Aris. (*)