Bali United Pusam
Gelandang Anyar Bali United Ini Bertugas sebagai Tukang Angkut Air
Sebagai gelandang bertahan, ia akan menjadi benteng pertahanan pertama sekaligus perancang serangan.
Penulis: Marianus Seran | Editor: Komang Agus Ruspawan
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Iswandi Dai akhirnya memperkuat Bali United Pusam. Eks pemain Persibo Bojonegoro ini kembali merasakan atmosfer Indonesia Super League (ISL) tahun 2015, setelah setahun berkutat di Divisi Utama.
Sosok pemain senior berusia 33 tahun ini menjadi pemain ke-27 di skuat Serdadu Tridatu. Peran eks pemain PSIS Semarang ini total akan berada di tengah.
Sebagai gelandang bertahan, ia akan menjadi benteng pertahanan pertama sekaligus perancang serangan.
Iswandi akan memikul tugas berat. Ia harus berperan sebagai tukang angkut air di lini tengah, sehingga membutuhkan kekuatan fisik dan teknik.
Eks pemain Persela Lamongan dan Persema Malang ini menjadi pilihan Coach Indra Sjafri setelah gelandang pengangkut air berpengalaman Gangga Mudana gagal seleksi.
Iswandi juga dipilih setelah bersaing dengan gelandang lain, Nelson Alvis, selama tiga minggu seleksi.
Pemain yang pernah memperkuat Persebaya bareng senior Jacksen Tiago dan Aji Santoso ini punya penilaian sendiri sebagai holding midfielder.
Dia siap bermain di mana saja. Tapi dia lebih nyaman memikul tanggung jawab sebagai seorang pemain gelandang.
"Waktu berusia 17 tahun, saya bermain sebagai striker di Persebaya. Saat itu pelatih berpesan bermain sebagai gelandang bertahan. Dan saya rasa lebih nyaman sebagai gelandang," kata Iswandi kepada Tribun Bali, Jumat (20/2), di Legian Kuta.
Rasa nyaman itu dia tunjukkan saat seleksi di Bali United. Dalam game internal, eks pemain PON Jatim tahun 2004 ini menunjukkan performa terbaiknya. Ia mampu menjalankan instruksi tim pelatih.
Ayah dua anak ini tidak sulit memainkan peran sebagai gelandang bertahan. Penilaian filosofi bermain bola itu sama, ternyata membuatnya mudah memahami gaya kepelatihan Indra Sjafri.
"Saya memang masih adaptasi dengan pemain muda. Namun bagi saya permainan bola itu sama. Cara main saja yang beda. Setiap pelatih punya cara sendiri," kata anak kedelapan pasangan Doiri dan Kasih Hati ini.
Perlahan Iswandi sudah mengetahui cara bermain yang diinginkan Indra Sjafri dan Asistenya Eko Purdjianto. Intinya pemain tak boleh menahan bola lama-lama dan passing pendek cepat.
Setahun pernah ditangani Eko Purdjianto di PSIS Semarang, membuat Iswandi tak canggung lagi. Pengalaman yang didapat sejak tahun 1993 di klub profesional menjadi modal untuk memikul tugas berat sebagai tukang angkut air. (*)