Lipsus Tribun Bali

Dianggap Kutukan, Penderita Gangguan Jiwa Akhirnya Dipasung

Pemasungan dilakukan karena ada banyak faktor. Pertama kata dia karena keluarga putus asa.

Penulis: Putu Candra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Putu Candra
Seorang warga dipasung oleh keluarganya di Klungkung 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Balok kayu sepanjang satu meter dengan tebal sekitar 20 cm menjepit kaki Kadek Dana (47).

Tak ada ruang untuk begerak, hanya ada lubang sempit seukuran kakinya. Pasung ini sudah berlangsung delapan tahun lamanya.

Ini adalah gambaran seorang pasien yang dipasung oleh keluarganya di kawasan Klungkung.

(Berita Terkait: Dipingpong Rumah Sakit, Kadek Dana Dipasung Keluarga)

Masih banyak lagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang dipaksa dipasung.

Rentan pemasungan terlama di Bali tercatat ada yang selama 35 tahun.

Suryani Institute for Mental Health (SIMM) sebuah lembaga yang konsen terkait penanganan gangguan jiwa menyebut jumlah orang yang dipasung di Bali mencapai ratusan orang.

"Tahun 2007-2008 kami lakukan penelitian, ada sekitar 300 orang yang dipasung," kata ketua SIMM, Prof. Dr. dr. L.K. Suryani, Sp.KJ kepada Tribun Bali.

Masalah klasik yang dihadapi seperti kesadaran keluarga hingga peran pemerintah yang dianggap tidak hadir dalam kasus pemasungan makin menyuburkan penderita gangguan jiwa yang dipasung.

"Saya pernah membebaskan pasien di Negara (Jembrana) yang kami harus berdebat dengan keluarga agar mau melepas pasungnya. Bahkan saya bilang kepada keluarga coba sehari saja Anda dipasung bagaimana rasanya," ungkapnya.

Seorang warga dipasung oleh keluarganya di Klungkung. (Tribun Bali/Putu Candra)

Artinya banyak keluarga yang memasung si pasien tanpa memikir sedikit pun akibat yang ditimbulkan.

Padahal masih banyak cara yang bisa dilakukan tanpa harus memasung seperti misalnya membawa ke puskesmas terdekat hingga ke Rumah Sakit Jiwa Bangli.

Dari kasus-kasus yang ditangani, pemasungan dilakukan karena ada banyak faktor. Pertama kata dia karena keluarga putus asa.

(Berita Terkait: Warga Bali Banyak Tak Laporkan Kasus Pemasungan Keluarganya)

"Ke dokter ke balian (tabib atau dukun) bahkan ke RSJ Bangli tidak sembuh-sembuh. Bahkan ada yang menganggap ini kutukan dan sebagainya, akhirnya keluarga memilih memasung," jelasnya.

Faktor kedua penderita gangguan jiwa mendapat komplain dari warga sekitar karena sering keluyuran, keluarga akhirnya memilih untuk mengurung dan memasung.

"Ketiga keluarga khawatir kalau dibiarkan lepas bisa dibunuh atau disakiti orang, kemudian memilih untuk memasung," terangnya.

(Berita Terkait: 20 Tahun Derita Gangguan Jiwa Berat, Dayu Akhirnya Sembuh)

Faktor berikutnya bisa disebabkan masalah pembagian warisan sehingga menguntungkan pihak tertentu jika si penderita gangguan jiwa ini dipasung. "Ada juga faktor agar dapat bantuan pemerintah sehingga dipasung," urainya. (*)

Info Ter-UPDATE tentang BALI, dapat Anda pantau melalui:

like fanpage >>> https://www.facebook.com/tribunbali

Follow >>> https://twitter.com/Tribun_Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved